TEMPO.CO, Guatemala City - Seorang anak laki-laki di Guatemala dipaksa memilih jalan kematian setelah menolak permintaan geng untuk membunuh sopir bus. Anak sekolah pemberani itu harus menghadapi ajalnya dengan cara memilukan setelah dilempar dari sebuah jembatan dan jatuh ke jurang dengan ketinggian 450 kaki atau sekitar 135 meter.
Angel Ariel Escalante Perez, 12, ditemukan tiga hari kemudian oleh ayahnya dan dilarikan ke rumah sakit, tapi sayang nyawanya tidak tertolong karena luka-luka hebat yang dideritanya. Bocah itu sempat bercerita, bagaimana geng di ibu kota Guatemala City, menyergapnya saat ia berjalan pulang dari sekolah.
Anggota geng memaksa dia membunuh sopir bus secara acak atau bunuh diri. Angel--ayahnya juga sopir bus--menolak membunuh. Ia memilih mengorbankan diri. Ia diminta memilih kematiannya: ditebas parang atau dilempar dari jembatan. Angel memilih jalan terakhir sebelum dilemparkan dari jembatan Incensio, Juli 2015.
Dalam laporan laman Mirror.co.uk, Jumat, 16 Oktober 2015 disebutkan, meskipun jatuh dari ketinggian hampir 135 meteri, Angel sempat hidup setelah mendarat di tumpukan dedaunan tebal. Sayang ia yang hanya bisa tergeletak diam tidak ditemukan selama tiga hari sebelum ditemukan oleh ayahnya, Luis Escalante.
Angel diangkut dari jurang yang dalam oleh petugas pemadam kebakaran dan petugas medis yang berjuang menyelamatkan nyawanya selama 15 hari. Angel akhirnya meninggal secara tragis akibat cedera yang dideritanya. Juru bicara dinas pemadam kebakaran Guatemala, Javier Soto, menceritakan kembali penuturan ayah Angel.
"Sang ayah mengatakan anaknya telah hilang selama 72 jam dan mengatakan bahwa enam orang diduga penculik telah melemparkan dia karena menolak membunuh sopir bus," katanya. "Anak itu ditanyakan cara dia memilih untuk mati--apakah akan ditusuk atau dilemparkan dari jembatan--dan ia memilih yang terakhir."
Pekan lalu, seorang anak laki-laki berusia 14 tahun menembak seorang pria dari jarak dekat setelah ia direkrut sebagai pembunuh bayaran di Meksiko. Ulises Abraham menembak Guillermo Gastelum Jacques di wajah, dada, dan bahu setelah ia diberikan pistol dan dipaksa membunuh.
Pegiat hak asasi manusia setempat, Edgar Guerra, mengatakan kasus yang menimpa Angel adalah hal biasa di negara itu. "Fenomena seperti ini sering terjadi. Menggunakan anak-anak di bawah umur untuk pembunuhan."
Media setempat mengatakan, Abraham dijanjikan uang sekitat 1.200 pound sterling atau setara Rp 25 juta untuk aksi kriminalnya itu. Korban sempat dilarikan ke rumah sakit namun dia meninggal di meja operasi di wilayah perbatasan Tijuana, negara bagian Baja California, di barat daya Meksiko.
MIRROR.CO.UK | MECHOS DE LAROCHA
BERITA MENARIK
Patung Buddha Ditemukan di Mars, NASA Tutupi Kebenaran?
NASDEM TERKOYAK: Patrice Rio Capella Akui Terima Rp 200 Juta