TEMPO.CO, Nay Pyi Taw - Pemerintah Myanmar telah menandatangani kesepakatan gencatan senjata dengan delapan kelompok etnis bersenjata. Upacara penandatanganan yang berlangsung di Ibu Kota Nay Pyi Taw, 15 Oktober 2015, dipercaya menjadi puncak dari dua tahun pembicaraan damai. Acara itu dihadiri hampir seribu orang, termasuk para wakil dari Amerika Serikat, Uni Eropa, Cina, dan Jepang.
Namun delapan kelompok yang menandatangani kesepakatan damai hanyalah sebagian dari 15 kelompok pemberontak yang selama ini bertempur dengan pemerintah. Banyak di antara mereka yang sudah lama meletakkan senjata.
Kesepakatan gencatan senjata itu merupakan salah satu upaya dari Presiden Thein Sein untuk menciptakan situasi yang kondusif menjelang pemilihan umum 8 November atau tiga pekan mendatang. "Meski beberapa organisasi belum siap tanda tangan, pemerintah memutuskan untuk menandatanganinya bersama kelompok pelopor," kata Thein Sein dalam pidato pada acara itu.
Adapun tujuh kelompok yang masih menolak tanda tangan di antaranya Tentara Negara Kesatuan Wa (UWSA), Organisasi Kemerdekaan Kachin (KIO), dan Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA), yang mengontrol wilayah luas di timur laut Kachin dan secara teratur melakukan bentrokan dengan tentara Myanmar.
Negosiator mengatakan tujuh kelompok yang belum tanda tangan masih dalam proses menuju kesepakatan. Disebutkan bahwa mereka telah menyetujui rancangan kesepakatan. "Kami akan terus mengajak kelompok lain. Pintu tetap terbuka bagi mereka," ujar Thein Sein seperti dilaporkan Associated Press.
Awal pekan ini, pemerintah dilaporkan menghapus semua kelompok penanda tangan dari daftar "perkumpulan melanggar hukum". Mereka yang dihapus dari daftar tersebut pada Selasa adalah Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA) Dewan Perdamaian, Partai Pembebasan Arakan (ALP), Front Nasional Chin (CNF), Organisasi Pembebasan Nasional Pa-O (PNLO), dan Tentara Kebajikan Demokrat Karen (DKBA).
Adapun yang dihapus lebih awal pada Senin adalah Front Demokratik Mahasiswa Burma (ABSDF), Dewan Restorasi Negara Bagian Shan (RCSS), dan Kesatuan Nasional Karen (KNU)—kelompok bersenjata tertua Myanmar, yang telah berjuang hampir tujuh dekade.
Myanmar terlibat dalam konflik bersenjata dengan berbagai kelompok etnis pemberontak yang memperjuangkan otonomi lebih besar sejak kemerdekaan dari Inggris pada 1948.
BBC.COM | ASSOCIATED PRESS | MECHOS DE LAROCHA