TEMPO.CO, Beijing - Cina membenarkan kabar telah menahan dua pria warga negara Jepang karena dianggap sebagai pelaku mata-mata di negerinya. Penahan itu membuat publik Jepang marah.
Media di Jepang dalam pemberitaannya mengatakan, kedua pria tersebut merupakan pekerja di sektor swasta. "Keduanya ditahan selama beberapa bulan," tulis media Jepang.
Salah satu dari kedua pria itu diciduk petugas keamanan Cina di timur laut Provinsi Liaoning dekat perbatasan Korea Utara. "Adapun lelaki berikutnya ditangkap di sebelah timur Provinsi Zheijiang tak jauh dari pangkalan militer," surat kabar Asahi mengabarkan.
Koran ini melanjutkan, Cina sepertinya yakin bahwa kedua pria tersebut melakukan aksinya berdasarkan instruksi dari pemerintah Jepang. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hong Lie, mengatakan, pihak berwenang telah menahan dua orang sesuai dengan hukum yang berlaku karena melakukan kegiatan mata-mata di Cina. Dia menambahkan, "Cina akan melakukan protes kepada Jepang terkait dengan kegiatan ini."
Menurut laporan Kyodo News, dua pria itu berusia 50 tahunan. Sebagaimana disampaikan seorang sumber yang tak bersedia disebutkan namanya, ada pria ketiga yang ditahan Cina dalam kasus yang sama.
Menanggapi sikap pemerintah Cina, sejumlah pejabat Jepang mengatakan, mereka menaruh perhatian serius terhadap penahanan kedua warga negaranya, seraya menolak tudingan bahwa keduanya melakukan aksi spionase terhadap tetangganya.
"Kami menaruh perhatian terhadap sejumlah laporan, namun kami harus menahan diri terhadap insiden penahanan ini," ujar Kepala Sekretaris Kabinet, Yoshihide Suga, dalam acara jumpa pers di Jepang.
"Negeri kita selalu melakukan upaya serius demi keselamatan warga negara di belahan dunia manapun. Saya tidak akan memberikan komentar secara pribadi, tetapi negeri kita tidak melakukan seperti apa yang dituduhkan. Saya ingin katakan kepada Anda bahwa dalam kasus yang sama terjadi pula di berbagai negara."
Penahanan ini tampaknya menambah ketegangan antara Tokyo dan Beijing. Meskipun sebelumnya hubungan bilateral kedua negara mulai menurun setelah ada pertemuan antara Perdana Menteri Shinzo Abe dengan Presiden cina Xi Jinping pada akhir November 2014.
GUARDIAN | CHOIRUL AMINUDDIN