TEMPO.CO, Alaska - Bila berkunjung ke Alaska, ada baiknya Anda bawa bekal air minum kemasan dalam jumlah banyak. Sebab, di Alaska bukan hanya minim suplai air minum, tapi juga minim saluran pembuangan kotoran manusia atau toilet.
Di negara bagian Amerika Serikat ini, saluran air bersih dan saluran pembuangan akhir kotoran manusia atau toilet masih menjadi impian bagi warganya. Sayangnya, hingga kini, impian itu belum juga dapat terwujud.
Untuk mendapatkan air, baik untuk dikonsumsi maupun keperluan aktivitas lain, warga Alaska mengandalkan air hujan, air sungai, salju, es, dan sumber air umum yang biasa disebut washeteria.
Untuk membuang hajat, karena belum ada fasilitas toilet modern dan saluran air, warga masih mengandalkan toilet umum. Toilet umum yang biasa disebut sebagai honey basket ini sifatnya manual: kotoran tidak disiram air tapi diambil kemudian dibuang ke tempat sampah. Sayangnya, sampah kotoran manusia ini diperlakukan sama dengan sampah atau limbah rumah tangga lain.
Lebih parahnya lagi, saat pengangkutan sampah menuju tempat pembuangan akhir, tak jarang sampah-sampah ini ada yang tercecer di jalanan. "Ini sangat-sangat kotor dan tidak sehat," ujar Paul Dock, warga Alaska. "Bahkan ada saja orang yang tak sengaja menginjaknya (saat sedang berjalan)."
Lalu apa sebabnya di negara bagian Amerika Serikat ini belum tersedia toilet modern? Rupanya, Negara Bagian Alaska tengah mengalami krisis keuangan. Pemerintah negara bagian ini terpaksa harus mengencangkan ikat pinggang untuk berhemat, sehingga anggaran untuk membangun saluran air dan sarana kakus layak pun terpaksa ditiadakan.
Biaya yang dibutuhkan untuk membuat fasilitas toilet modern dan saluran air bersih sangatlah mahal. Diperlukan biaya mulai US$ 200 ribu hingga US$ 400 ribu untuk membangun fasilitas toilet modern dan saluran air bersih, dan itu hanya untuk satu rumah warga. "Itu jelas sangat mahal," ujar Dock.
Saat ini hanya sekolah dan perumahan para guru saja yang memiliki fasilitas saluran air dan toilet modern.
ABCNEWS | LUCIANA