TEMPO.CO, Bangkok - Kepolisian Bangkok kebingungan mengidentifikasi sejumlah tersangka ledakan bom Kuil Erawan lantaran beberapa di antaranya menggunakan paspor palsu.
Pengacara salah satu tersangka, Bilal Muhammed, orang yang pertama ditangkap terkait dengan ledakan bom Bangkok bulan lalu, akan meminta bantuan kepada Kedutaan Besar Turki.
Dalam ledakan di Kuil Erawan pada 17 Agustus lalu, 20 orang tewas dan 120 lainnya luka-luka. Sebagian besar korban adalah wisatawan keturunan Cina. Salah satu korban berkewarganegaraan Indonesia.
Bilal Muhammed, saat ditangkap, membawa paspor dengan nama Adem Karadag. Dia ditangkap di sebuah apartemen di Bangkok pada 26 Agustus lalu. Di apartemen itu juga ditemukan bahan pembuat bom. Aparat Thailand meyakini material tersebut berkaitan dengan beberapa ledakan di Bangkok.
Sehari setelah ledakan di Kuil Erawan, sebuah bom meledak di Dermaga Sathorn. Tidak ada korban dalam ledakan kedua itu.
"Tapi dia bilang kepada saya bahwa dia baru masuk Thailand pada 21 Agustus," kata pengacara Muhammed, Chuchart Kanpai, seperti dilaporkan The Nation, Kamis, 17 September 2015. Chuchart menyatakan tidak percaya pada semua yang dikatakan Muhammed kepadanya. Dia juga akan meminta bantuan Kedubes Turki untuk memastikan kewarganegaraannya.
"Saya akan cari kebenarannya. Jika dia melanggar undang-undang, dia harus dihukum," ujarnya.
Muhammed mengaku lahir di Cina sebagai bangsa Uyghur dan bermigrasi ke Turki pada 2004 bersama keluarga. Dia dan keluarga telah mendapat kewarganegaraan Turki, meski belum memiliki paspor. Jadi dia menggunakan paspor palsu untuk bepergian ke Vietnam dengan harapan mendapat pekerjaan di Asia Tenggara.
"Dia mengaku punya uang US$ 4.000 saat meninggalkan Turki. Di Vietnam, dia bertemu seseorang pria bernama Abdullah yang memberinya paspor palsu baru seharga US$ 1.200," kata Chuchart.
Abdullah lalu membawa Muhammed dari Vietnam ke Laos, lalu Thailand. Dia berharap dapat pergi ke Malaysia untuk mencari pekerjaan di sana.
Muhammed berulang kali membantah dirinya terlibat, namun berada di tempat yang salah pada waktu yang tidak tepat.
Abdulllah yang disebutkan Muhammed ada kemungkinan Abu Dustar Abdulrahman atau Izan, yang kabur dari Bangkok pada 16 Agustus atau sehari sebelum ledakan.
Deputi Kepala Polisi Nasional Thailand Jenderal Jakthip Chaijinda, yang baru pulang dari Malaysia, kemarin menyatakan pihaknya memperoleh informasi terbaru untuk melacak kaki tangan para pelaku serangan.
Adapun Kepala Polisi Nasional Jenderal Somyot Poopanmuang membantah laporan bahwa motif pengeboman di Bangkok adalah balas dendam dari tindakan pemerintah Thailand mendeportasi bangsa Uyghur ke Cina.
THE NATION | NATALIA SANTI