Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ribuan Pekerja Myanmar di Luar Negeri Terancam Tidak Memilih

image-gnews
Aung San Suu Kyi saat berkampanye di kota Hsiseng, Myanmar, 5 September 2015. Undang-undang juga melarang calon presiden berasal dari orang yang memiliki pasangan atau anak warga negara asing. Hal itu sangat terlihat ada indikasi mencegah Aung San Suu Kyi, menjadi presiden. Almarhum suami Suu Kyi adalah pria Inggris. REUTERS/Soe Zeya Tun
Aung San Suu Kyi saat berkampanye di kota Hsiseng, Myanmar, 5 September 2015. Undang-undang juga melarang calon presiden berasal dari orang yang memiliki pasangan atau anak warga negara asing. Hal itu sangat terlihat ada indikasi mencegah Aung San Suu Kyi, menjadi presiden. Almarhum suami Suu Kyi adalah pria Inggris. REUTERS/Soe Zeya Tun
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan warga Myanmar yang bekerja di luar negeri terancam tidak ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum bebas pertama sejak berakhirnya kekuasaan militer.

Pekerja dan aktivis menyalahkan birokrasi, ketidakpastian batas waktu, dan kurangnya dokumentasi. Ditambah lagi dengan ketidakseriusan kedutaan Myanmar dalam mensosialisasikan pemilu kepada pemilih potensial di luar negeri. Adapun jumlah pekerja Myanmar di luar negeri sekitar 2 juta.

Dilansir dari laman Trust.org, 8 September 2015, para pemilih di luar negeri kemungkinan besar tidak mendukung pemerintah yang berkuasa saat ini—militer Uni Solidaritas dan Partai Pembangunan. Sebab, sebagian besar dari mereka melarikan diri dari pemerintahan militer.

Aturan mengharuskan para pekerja di luar negeri menyediakan berbagai dokumen resmi saat memverifikasi hak untuk memilih, termasuk salinan cetak dari daftar pemilih, dari tempat tinggal mereka di Myanmar—yang oleh aktivis dikatakan hampir tidak mungkin diperoleh sebagian besar buruh.

"Ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan untuk mendapatkan salinan daftar pemilih tepat waktu," kata David Than, seorang insinyur Myanmar yang bekerja di Singapura, kepada Reuters melalui telepon.

Trust.org kemudian melaporkan bahwa paspor juga diperlukan untuk mendaftar sebagai pemilih. "Banyak pekerja di sini paspornya diambil dan disimpan oleh majikan mereka," ujar Kyaw Thein, seorang aktivis pejuang hak-hak pekerja Myanmar di Thailand.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat ini kurang dari 19 ribu pemilih di luar negeri tengah berupaya mendaftar sebelum batas waktu. Kementerian Luar Negeri menetapkan batas waktu pendaftaran hingga akhir Agustus, sementara Komisi Pemilihan Umum menyatakan bahwa tenggat waktu itu tentatif dan mereka akan menyampaikan kebijakan pembatasan waktu tanpa memberikan kepastian.

Warga Myanmar yang mendaftar di luar negeri dijadwalkan akan memberikan suara pada 17 Oktober 2015. Jutaan warga Myanmar mengungsi karena kemiskinan, pelecehan, dan perang di negara itu selama 49 tahun.

Sejak 2011, pemerintah semi-sipil Presiden Thein Sein telah memperkenalkan reformasi dan membuka akses ekonomi, mendorong beberapa pekerja untuk kembali. Namun jutaan pekerja tetap berada di luar negeri—sebagian besar bekerja di perkebunan, restoran, dan menjadi pekerja pabrik garmen di Thailand.

TRUST.ORG | MECHOS DE LAROCHA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Militer Tuduh Pemilu Myanmar Dicurangi, Pemerintahan Aung San Suu Kyi Terancam

29 Januari 2021

Pendukung Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) memegang foto konselor Myanmar Aung San Suu Kyi ketika menunggu hasil penghitungan suara pemilu Myanmar di markas partai di Yangon, Myanmar, 8 November 2020.[REUTERS]
Militer Tuduh Pemilu Myanmar Dicurangi, Pemerintahan Aung San Suu Kyi Terancam

Militer Myanmar menuduh pemilu diwarnai kecurangan dan tidak mengesampingkan kemungkinan kudeta terhadap pemerintahan Aung San Suu Kyi


Investigasi Reuters: Cerita Pembantaian 10 Muslim Rohingya

10 Februari 2018

Ke-10 pria Rohingya yang ditangkap sebelum dibantai warga Buddha dan tentara Myanmar di Inn Din, Rakhine, Myanmar, 2 September 2017. Di antara 10 pria Rohingya tersebut merupakan nelayan, penjaga toko, seorang guru agama Islam dan dua remaja pelajar sekolah menengah atas berusia belasan tahun. Laporan pembantaian ini ditulis oleh dua wartawan yang kini diadili pemerintah pimpinan Aung San Suu Kyi. REUTERS
Investigasi Reuters: Cerita Pembantaian 10 Muslim Rohingya

Dua orang disiksa hingga tewas, sedangkan sisanya, warga Rohingya, ditembak oleh tentara.


Militer Myanmar Temukan 17 Jasad Umat Hindu, ARSA Dituding Pelaku

27 September 2017

Seorang bocah Rohingya menangis di tengah antreatn saat berdesakan untuk mendapatkan bantuan di kamp pengungsian Cox's Bazar, Bangladesh, 25 September 2017. REUTERS/Cathal McNaughton
Militer Myanmar Temukan 17 Jasad Umat Hindu, ARSA Dituding Pelaku

Militer Myanmar?kembali menemukan 17 jasad umat Hindu?di sebuah kuburan massal di Rakhine dan ARSA dituding sebagai pelakunya.


Dewan Keamanan PBB Lusa Bahas Nasib Rohingya

26 September 2017

Suasana antrean pengungsi Rohingya untuk mendapatkan bantuan di kamp pengungsian Cox's Bazar, Bangladesh, 25 September 2017. REUTERS/Cathal McNaughton
Dewan Keamanan PBB Lusa Bahas Nasib Rohingya

Dewan Keamanan PBB akan bertemu lusa untuk membahas penindasan Rohingya di Myanmar.


Myanmar Sebut Milisi Rohingya Tindas Warga Hindu di Rakhine

26 September 2017

Seorang anak pengungsi muslim Rohingya digendong ibunya saat berdesak-desakan untuk mendapatkan bantuan makanan di kamp pengungsian Cox's Bazar, Bangladesh, 21 September 2017. REUTERS/Cathal McNaughton
Myanmar Sebut Milisi Rohingya Tindas Warga Hindu di Rakhine

Pasukan militer?Myanmar mulai membuka satu persatu?tudingan?kekejaman?oleh?milisi Rohingya atau ARSA.


Pengadilan Rakyat Mendakwa Mynmar Melakukan Genosida

25 September 2017

Sidang perdana tim pencari fakta PBB untuk Rohingya di Jenewa, 19 September 2017. Yuyun Wahyuningrum
Pengadilan Rakyat Mendakwa Mynmar Melakukan Genosida

Pengadailan Rakyat Internasional menyimpulkan Myanmar melakukan genosida terhadap minoritas muslim Rohingya.


Bangladesh Bebaskan 2 Jurnalis Myanmar yang Ditahan di Cox Bazar

23 September 2017

Petugas mendata pengungsi Rohingya sebelum membagikan paket bantuan dari Indonesia di kamp pengungsian Thaingkali, Ukhiya, Bangladesh, 21 September 2017.  Bantuan kemanusiaan dari Indonesia telah sampai di Bangladesh dalam 8 kali pengiriman dengan pesawat
Bangladesh Bebaskan 2 Jurnalis Myanmar yang Ditahan di Cox Bazar

Kedua jurnalis Myanmar ini berpengalaman bekerja untuk berbagai media internasional.


Warga Hindu Ikut Jadi Korban Kerusuhan di Rakhine Myanmar  

6 September 2017

Penduduk desa Hindu berteduh di sebuah kuil di Myoma Ward Myhum Town, Myanmar. Hindu Youth Relief Group
Warga Hindu Ikut Jadi Korban Kerusuhan di Rakhine Myanmar  

Sebagian warga Hindu mengungsi ke Banglades dan tinggal berdampingan dengan warga Muslim Rohingya.


Jet Tempur Myanmar Hilang Kontak Saat Latihan

5 September 2017

Pesawat Myanmar yang hilang. Facebook/Commander in Chief Office
Jet Tempur Myanmar Hilang Kontak Saat Latihan

Satu pesawat tempur militer Myanmar hilang saat melakukan pelatihan penerbangan di wilayah selatan Ayeyarwady.


Bentrok di Myanmar, Kemenlu: ASEAN Pegang Prinsip Non-Intervensi

27 Agustus 2017

Sejumlah warga negara Amerika Serikat mengikuti parade ASEAN di Silang Monas, 27 Agustus 2017. TEMPO/Maria Fransisca
Bentrok di Myanmar, Kemenlu: ASEAN Pegang Prinsip Non-Intervensi

ASEAN mendukung Myanmar dalam proses demokrasi, rekonsiliasi, dan pembangunan di negara tersebut dengan memegang prinsip non-intervensi.