TEMPO.CO, Paris - Presiden Prancis, Francois Hollande, mengumumkan bahwa negaranya akan menerima 24 ribu pengungsi dalam waktu dua tahun. Adapun negara Eropa lainnya, Jerman, akan menerima 31 ribu pengungsi kendati sikap tersebut ditentang Hungaria.
Pengumuman tersebut disampaikan langsung oleh pemimpin Prancis pada Senin, 7 September 2015, sekaligus sebagai jawaban atas usulan Komisi Eropa yang akan merelokasi 120 ribu pengungsi Suriah korban perang. Untuk tahun ini, Uni Eropa sepakat menerima 40 ribu pengungsi dari 120 ribu pengungsi yang disepakati.
Baca Juga:
Namun demikian kebijakan Eropa tersebut ditentang oleh Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban. Dalam sebuah pertemuan dengan para duta besar negara-negara asing, Senin, 7 September 2015, Orban mengatakan bahwa masalah pengungsi tidak dibahas kecuali soal perbatasan.
"Masalah kami adalah soal pemilihan waktu yang tepat. Sepanjang kita tidak bisa mempertahankan perbatasan di luar Eropa, hal itu tidak akan dapat menjamin berapa jumlah orang yang masuk ke Eropa," Orban menerangkan.
Pemimpin Hungaria ini bersikeras menginginkan agar Uni Eropa menyediakan bantuan keuangan kepada Turki untuk mengatasi pengungsi di sana, seraya menjelaskan bahwa para pengungsi yang datang ke Eropa adalah demi mencari uang.
"Jika mereka ingin melanjutkan perjalanan selepas dari Hungaria, hal itu bukan disebabkan sesuatu yang membahayakan mereka, namun ada sesuatu yang mereka cari," Orban berkata. "Sesungguhnya mereka ingin sebuah kehidupan di Jerman bukan demi keselamatan fisik."
Menurut Orban kehadiran pengungsi Suriah akan membahayakan keuangan negara-negara Eropa. Selain itu, kesejahteraan masyarakat Kristen Eropa bakal terganggu.
Rencana Uni Eropa menerima ribuan pengungsi Suriah ke dataran benua tersebut didukung oleh sejumlah negara termasuk Jerman, Austria, dan Swedia. Tetapi negeri bekas Blok Timur, Hungaria, menentang keras rencana tersebut terutama masuknya pengungsi muslim.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN