TEMPO.CO, Paris - Tiga warga Amerika Serikat dan seorang warga Inggris yang menggagalkan serangan teror di kereta api menerima penghargaan tertinggi Prancis dari Presiden Francois Hollande. Seperti yang dilansir BBC, Senin, 24 Agustus 2015, Hollande menyematkan medali kepada Spencer Stone, Alek Skarlatos, Anthony Sadler, dan pembalap Inggris, Chris Norman, dengan Legiun d'honneur di Istana Elysee.
Sebelum Hollande menyematkan medali ke dada empat pahlawan pada upacara di Paris, Senin pagi, itu, ia berkata: "Kami di sini untuk menghormati empat pria, yang berkat keberanian mereka, berhasil menyelamatkan nyawa banyak orang menunjukkan apa yang bisa dilakukan dalam situasi yang mengerikan. "Atas nama bangsa Prancis, saya ingin mengucapkan terima kasih atas apa yang telah Anda lakukan.
Dalam acara penghargaan itu, turut hadir Perdana Menteri Belgia Charles Michel dan Duta Besar Amerika Serikat untuk Prancis, Jane Hartley, bersama dengan kepala perusahaan kereta api Perancis, SNCF. "Seluruh dunia mengagumi keberanian Anda. Ini harus menjadi contoh bagi kita semua dan menginspirasi kita. Anda menempatkan hidup Anda dalam bahaya demi orang lain," ujar Hollande lagi.
Legiun d'honneur pertama kali diciptakan oleh Napoleon Bonaparte, pemimpin militer dan tokoh politik yang tersohor semasa Revolusi Prancis, pada 1802. Penghargaan ini dibagi menjadi lima kategori yakni Chevalier, Officier, Commandeur, Grand Officier, Grand Croix. Dan para pahlawan tersebut akan mendapatkan kategori Chevalier, medali yang paling sering diberikan kepaa orang yang dianggap berjasa bagi negara.
Cerita heroik keempat orang itu bermula ketika tiga warga Amerika itu melakukan perjalanan ke Eropa dalam rangka liburan. Ketika mereka berada dalam perjalanan ke Paris dari Amsterdam dengan kereta kereta api berkecepatan tinggi Thalys, Jumat 21 Agustus, terjadi insiden tidak terduga. Dalam kereta yang mereka tumpangi ada seorang teroris yang ingin membantai semua penumpang dengan senjata otomatis AK-47.
Alek Skarlatos, Spencer Stone, dan Anthony Sadler bersama dua orang lainnya cepat bertindak dan berhasil mengatasi pria bersenjata itu serta merebut Ak-47 dan sebuah pistol. Skarlatos merebut senjata dari penyerang itu. Pria berusia 22 tahun dan bertugas Garda Nasional berbasis di Oregon, itu berjibaku sekuat tenaga. Ia merebut senapan tersangka dan memukul kepala si penyerang dengan moncong senjata.
Sadler, dosen senior di California State University, Sacramento, tak menyangka perjalanan pertamanya ke Eropa untuk menyusul dua teman masa kecilnya itu harus diselipi aksi heroik. Dalam aksi tersebut ia bertugas menenangkan penumpang dan membantu menahan penyerang. Stone adalah orang yang membuat kontak pertama dengan tersangka. Stone terluka di kepala dan leher, dan nyaris kehilangan jempolnya.
Selanjutnya: Meskipun terluka, Stone....