Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

FEATURE: Cara Singapura Mengontrol Pemondokan Pekerja Migran

image-gnews
Pekerja mengangkut telur raksasa di pulau Sentosa, Singapura (15/4). Great Egg-Venture menjadi perayaan terbesar yang akan diadakan di Singapura. (Suhaimi Abdullah/Getty Images)
Pekerja mengangkut telur raksasa di pulau Sentosa, Singapura (15/4). Great Egg-Venture menjadi perayaan terbesar yang akan diadakan di Singapura. (Suhaimi Abdullah/Getty Images)
Iklan

TEMPO.CO, Singapura - Empat pekerja migran tampak salat zuhur berjemaah di bawah paparan sinar matahari di kompleks dormitory (rumah susun sederhana sewa atau asrama) Westlite di 18 Toh Guan Road East, kawasan Jurong, Singapura. Mereka menggelar sajadah di ruang terbuka di antara dua bangunan rumah susun yang menjulang tersebut.

Rumah bertingkat yang memiliki delapan blok ini, termasuk 18 tingkat yang baru selesai Januari tahun lalu, khusus diperuntukkan bagi para pekerja migran kelas bergaji rendah dari Bangladesh, India, Myanmar, Thailand, Cina, dan negara lain di Asia.

Seorang pekerja migran asal Bangladesh mengatakan mereka terpaksa salat di luar asrama di bawah terik matahari karena tak ada ruangan untuk salat di dalam kamar yang mereka sewa. ”Satu kamar kami huni bersama 12 orang,” kata pekerja yang tak mau disebut namanya, saat ditemui di rumah susun sewa Westlite, Kamis pekan lalu.

Westlite Dormitory Toh Guan memiliki 8.600 tempat tidur. Setiap kamar yang luasnya sekitar 42 meter persegi diisi 12 ranjang bertingkat, masing-masing dua ranjang. Setiap kamar memiliki empat kamar mandi dan satu toilet. Ada pula tempat memasak dengan dua kompor listrik yang disisipkan di depan kamar mandi. Penghuni bisa naik dan turun memakai lift atau tangga.

Westlite Toh Guan dihuni oleh pekerja migran yang bekerja di sektor konstruksi, kelautan seperti pembuatan galangan kapal dan pelayaran, manufaktur, dan minyak dan gas. Kontrak sewa asrama setidaknya 12 bulan yang dibayar oleh perusahaan yang mempekerjakan buruh migran. Perusahaan membayar sewa sekitar $ 220 per bulan untuk satu ranjang. Urusan sehari-hari seperti mencuci, setrika, dan memasak dikerjakan sendiri oleh pekerja.

Walau setiap penghuni bebas keluar masuk di rumah susun sewa Westlite Toh Guan, mereka diawasi secara ketat dengan CCTV alias kamera pengintai yang tersebar di setiap sudut. Tak sembarang orang bisa masuk ke kompleks rumah sewa. Setiap penguni hanya bisa masuk dengan kartu yang di-tapping di pintu masuk.

Ada banyak larangan yang diterapkan untuk penghuni seperti dilarang membawa minuman keras dan berjudi, dilarang berkelahi, dilarang merokok dan meludah di sembarang tempat. Para pelanggar dikenai denda $100 untuk setiap pelanggaran. Foto wajah sejumlah penghuni yang didenda dan diusir dari asrama karena melakukan pelanggaran dipampang di dekat pintu masuk. ”Kami tidak menoleransi para pelanggar,” kata General Manager Westlite Toh Guan, Mr. Deen.

Selain banyak larangan, pengelola Westlite Toh Guan menyediakan fasilitas seperti minimarket yang menyediakan semua kebutuhan dapur, ATM, jaringan Internet, kantin, ruang baca dengan koran berbagai bahasa, klinik kesehatan, dan tukang cukur. Disediakan pula fasilitas olahraga dan layar tancak di akhir pekan. Ada pula layanan kursus Bahasa Inggris dan peningkatan keterampilan.

Pemerintah Singapura menyatakan asrama besar seperti Westlite berperan penting tidak hanya menyediakan akomodasi dasar bagi pekerja migran, tapi juga kehidupan sosial dan kebutuhan rekreasi mereka. Tapi model asrama ini dikritik oleh aktivis advokasi buruh migran karena terletak jauh dari daerah perumahan sehingga memperlebar jarak pekerja dan masyarakat umum.

Singapura menjadi daya tarik bagi pekerja migran karena dianggap menjanjikan kesejahteran dan kehidupan yang lebih baik. Di saat yang sama penduduk dan pemerintah Singapura juga bergantung kepada pekerja imigran untuk jenis pekerjaan-pekerjaan yang tidak mau mereka kerjakan. Tak hanya pekerja berbakat, pekerja dengan keterampilan otot pun berdatangan ke Singapura.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada 2014, total penduduk Singapura berjumlah 5,5 juta orang, 61 persen di antaranya warga negara, 10 persen permanen residen, dan orang asing 29 persen. Dari jumlah orang asing itu, sekitar satu juta di antaranya orang asing yang memperoleh izin kerja untuk kategori pekerjaan kasar.

Dari satu juta itu, 780 ribu di antaranya pekerja migran di berbagai bidang non-rumah tangga seperti konstruksi dan pelayaran, dan 220 ribu bekerja di sektor rumah tangga. Pekerja migran di sektor rumah tangga alias PRT didominasi dari Indonesia dan Filipina dengan upah bulanan US$ 360.

Lalu berapa upah para pekerja migran kerah biru non-rumah tangga di Singapura? Menurut lembaga swadaya masyarakat yang mengadvokasi pekerja migran, Transient Workers Count Too (TWC2), pekerja migran untuk tenaga kasar di sektor non-rumah tangga menerima upah bulanan antara $ 400-1.200 (termasuk upah lembur).

Ada banyak alasan pekerja migran bertaruh nasib di Singapura. Buruknya penegakan hukum dan korupsi yang merajalela di Bangladesh, menurut Debbie Fordyce, anggota eksekutif Transient Workers Count Too, telah merusak bisnis dan harapan di negara tersebut untuk hidup lebih baik.

Karena itu, kata dia, banyak laki-laki Bangladesh bermigrasi dengan meminjam atau menjual aset keluarga untuk berangkat ke Singapura. ”Mereka menganggap Singapura adalah negara impian,” kata Debbie.

Biaya mendapat pekerjaan di Singapura sebenarnya tidak murah. Menurut koresponden senior The Straits Times yang kerap menulis isu migrasi, Radha Basu, sebagian pekerja migran membayar $10.000 ke agen di negara asal mereka untuk mendapat pekerjaan di Singapura.

Mereka datang untuk setahun kontrak, kembali lagi tahun berikutnya karena terjerat utang sebelumnya yang dipakai untuk membayar agen. Kedatangan yang pertama tidak mampu menutup utang. ”Upah awal mereka rata-rata $ 18 per hari dan mungkin tidak berubah selama 15 tahun,” kata Basu dalam Asia Jurnalism Forum 2015 yang digelar oleh Temasek Foundation bersama Nanyang Technological University dan Hong Kong Baptist University di Singapura, pekan lalu.

AHMAD NURHASIM (SINGAPURA)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


PM Singapura Lee Hsien Loong Umumkan akan Mundur pada 15 Mei 2024

11 jam lalu

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong berjabat tangan dengan Lawrence Wong saat konferensi pers di Istana, di Singapura 16 April 2022. SPH Media/The Straits Times/Lim Yaohui via REUTERS
PM Singapura Lee Hsien Loong Umumkan akan Mundur pada 15 Mei 2024

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengumumkan pengunduran dirinya mulai 15 Mei 2024


Menilik Tradisi Lebaran di Singapura

7 hari lalu

Festival Cahaya di Geylang Serai, Singapore. (www.visitsingapore.com)
Menilik Tradisi Lebaran di Singapura

Secara umum tradisi Lebaran di Singapura tidak jauh berbeda dengan di Indonesia


Serobot Antrean dan Meludah Saat Nonton Konser Bruno Mars, Una Dembler Minta Jangan Dicontoh

9 hari lalu

Una Dembler
Serobot Antrean dan Meludah Saat Nonton Konser Bruno Mars, Una Dembler Minta Jangan Dicontoh

Meski mengakui telah meludah penonton lain dan membuat keributan, Una Dembler membantah bahwa ia telah menyerobot antrean.


Taruh Daging Babi di Masjid, Singapura Hukum Pria Ini 3 Bulan Penjara

11 hari lalu

Daging Babi dan Daging Sapi. shutterstock.com
Taruh Daging Babi di Masjid, Singapura Hukum Pria Ini 3 Bulan Penjara

Singapura menghukum seorang kurir makanan 3 bulan penjara karena menaruh daging babi kaleng di rak masjid.


SkyOrb Kabin Baru Singapore Cable Car yang Futuristik dengan Lapisan Berkilau

13 hari lalu

Kabin SkyOrb Singapore Cable Car. (dok. Mount Faber Leisure Group)
SkyOrb Kabin Baru Singapore Cable Car yang Futuristik dengan Lapisan Berkilau

Ada tujuh unit SkyOrb yang disediakan Singapore Cable Car untuk memanjakan wisatawan melihat panorama kota


Sukses di Jerman, Harry Potter: Visions of Magic akan Hadir di Singapura Tahun 2024

15 hari lalu

Harry Potter: Visions of Magic akan hadir Singapura pada kuartal keempat tahun 2024.  Instagram.com/@harrypottervisionsofmagic
Sukses di Jerman, Harry Potter: Visions of Magic akan Hadir di Singapura Tahun 2024

Harry Potter: Visions of Magic edisi Singapura ini akan diadakan di dalam ruangan dengan lebih luas


5 Hal Mengenai Kecelakaan di Jembatan Baltimore

19 hari lalu

Bagian dari jembatan Francis Scott Key yang runtuh setelah ditabrak kapal kontainer Dali di Baltimore, Maryland, AS, 26 Maret 2024. Insiden ini menyebabkan sebagian besar Jembatan Francis Scott Key runtuh yang menyebabkan beberapa kendaraan yang melintasi terperosok ke Sungai Patapsco. U.S. Army Corps of Engineers/Handout via REUTERS
5 Hal Mengenai Kecelakaan di Jembatan Baltimore

Jembatan Francis Scott Key ditabrak Kapal Kargo Dali di sepanjang Interstate 695, Baltimore, Maryland pada Selasa, 26 Maret 2024


Singapura Kirim Tim Bantu Investigasi Jembatan Ambruk di Baltimore

20 hari lalu

Pemandangan udara dari kapal kargo Dali yang menabrak Jembatan Francis Scott Key, menyebabkannya runtuh di Baltimore, Maryland, AS, 26 Maret 2024. Maryland National Guard/Handout via REUTERS
Singapura Kirim Tim Bantu Investigasi Jembatan Ambruk di Baltimore

Biro Investigasi Keselamatan Transportasi Singapura mengirimkan tim penyelidik untuk membantu penyelidikan jembatan ambruk di Baltimore, AS


Kedutaan Besar Singapura Buka Puasa Bersama Anak Yatim di Masjid Istiqlal

20 hari lalu

Ilustrasi keluarga berbuka puasa Ramadan bersama di dalam rumah mereka di tengah wabah Virus Corona di Jakarta. TEMPO/Subekti.
Kedutaan Besar Singapura Buka Puasa Bersama Anak Yatim di Masjid Istiqlal

Kedutan Besar Singapura melanjutkan tradisi melakukan acara buka puasa bersama di Masjid Istiqlal yang diikuti 100 anak yatim.


Jepang Tertarik Kembangkan Proyek untuk IKN, dari Lift hingga Teknologi Smart City

21 hari lalu

Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masaki Yasushi dalam acara jumpa wartawan di kantor Kedutaan Besar Jepang, Jakarta Pusat pada Senin, 25 Maret 2024. TEMPO/Nabiila Azzahra A.
Jepang Tertarik Kembangkan Proyek untuk IKN, dari Lift hingga Teknologi Smart City

Jepang telah menyampaikan 25 surat pernyataan niat untuk kerja sama pembangunan di IKN.