TEMPO.CO, Beijing - Cina mengirimkan ahli kimia ke Tianjin untuk menguji gas beracun menyusul serangkaian ledakan mematikan di kawasan perakitan mobil, Rabu, 12 Agustus 2015.
Para tim ahli nuklir dan kimia sudah berada di bagian utara kota pelabuhan tersebut untuk memeriksa dua tempat ledakan yang menyebabkan sedikitnya 55 orang meninggal.
Sementara itu, warga setempat mengaku merasa takut atas keselamatan mereka setelah sejumlah laporan menyebutkan masih ada ratusan ton bahan kimia berbahaya di tempat kejadian.
Wartawan Al Jazeera, Adrian Brown, melaporkan dari Tianjin, ada ketakutan mendalam menyelimuti warga yang tinggal di dekat tempat kejadian. Mereka sangat takut atas keselamatan hidupnya.
"Mereka mengatakan sangat khawatir, tapi mereka mempercayai pemerintah," kata Brown. Menurut dia, setidaknya ada satu orang yang berhasil diselamatkan pada Jumat pagi, 14 Agustus 2015, waktu setempat.
Kantor berita milik pemerintah, Xinhua, melaporkan, para ahli kimia sedang berada di lokasi kejadian untuk menguji gas beracun. "Jumlah korban tewas telah naik menjadi 55 orang, sedangkan 701 lain dirujuk ke rumah sakit."
Tim beranggotakan 217 ahli nuklir dan spesialis biokimia dari militer Cina mulai bekerja di lokasi pada Kamis, 13 Agustus 2015. Ledakan pertama terjadi pada pukul 23.30, Rabu, 12 Agustus 2015, di sebuah gudang di Tianjin's Binhai New Area. Beberapa detik kemudian, menyusul ledakan kedua.
Menurut Komisi Keluarga Berencana dan Kesehatan Nasional, 36 klinisi dan spesialis psikologi dari sepuluh rumah sakit sipil dan militer di Beijing dikerahkan ke tempat kejadian. Komisi juga membutuhkan darah, peralatan medis, dan obat-obatan.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN