TEMPO.CO, Basel - Pensiunan perawat orang-orang lanjut usia baru saja mengakhiri hidupnya lewat bantuan jasa klinik bunuh diri di Swiss. Menurut wanita ini, berakhir sebagai wanita tua dengan sebutan pincang bukan seperti gambaran yang diperlihatkan kepadanya sebelum mati.
Pengalaman sebagai perawat membuatnya berpikir kehidupan lansia tidak akan menyenangkan. Ironisnya, keputusan ini muncul setelah ia menulis dua buku cara merawat lansia. Dari pengalaman Gill Paraoh yang hidup selama 75 tahun, ia sadar melampaui puncak kehidupannya.
Gill memutuskan mengakhiri hidupnya sendiri selagi masih mampu. "Aku telah merawat banyak orang uzur sepanjang hidup. Aku selalu mengatakan 'aku tidak akan menjadi tua'. Aku tidak berpikir menjadi tua itu menyenangkan. Aku tahu puncak kehidupanku sudah lewat."
Gill menegaskan, kehidupan ia nantinya tidak akan lebih baik dari bunuh diri. "Aku tidak ingin diingat sebagai nenek tua pincang yang berjalan dengan alat bantu," kata Gill kepada The Sunday Times, sebelum kematiannya yang diumumkan di Basel, Swiss.
Meski keputusannya sulit, Gill berhasil memperoleh persetujuan dari keluarganya yang terdiri atas dua anak dan pasangannya. Pada 21 Juli 2015, dalam sebuah wawancara, ia mengatakan seorang putrinya yang berusia 21 tahun, Caron, berjuang keras mengubah keputusannya.
Keputusan Gill mengakhiri hidup membuktikan warga Inggris yang memilih ke institusi bunuh diri di Swiss terus meningkat beberapa tahun terakhir. Tahun lalu penelitian terhadap 611 warga Inggris selama 2008-2012 menunjukkan satu dari lima orang yang berkunjung ke Swiss bertujuan mengakhiri hidupnya.
Juru bicara Care Not Killing, organisasi yang menolak perbantuan bunuh diri, menganggap berita ini sebagai kabar buruk. "Ini kabar buruk bagi semua orang dan memberi sinyal mengerikan tentang bagaimana masyarakat menilai dan memandang warga lansia di Inggris Raya."
Pandangan lain diberikan Michael Irwin, koordinator Society for Old Age Rational Suicide (Soars). Ia menilai keputusan Gill dapat dipahami. "Mungkin orang-orang bilang Gill keliru dengan menghindari ujung usianya. Tapi karena pengalamannya, ia membuat keputusan rasional," ujar Irwin yang berperan dalam kepergian Gill ke Swiss.
Sebelumnya pada Mei 2015, Jeffrey Spector yang berusia 54 tahun mengambil jalan yang sama seperti Gill dengan pergi ke institusi bunuh diri di Swiss. Saat itu Jeffrey menderita tumor di tulang punggung. Bagi Jeffery rasa takut akan lumpuh bisa disebabkan tumor itu sehingga mendorong dia pergi ke Swiss.
TELEGRAPH.CO.UK | BINTORO AGUNG S.