TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi gerakan Palestina, Fatah, menyerukan "intervensi mendesak dan segera" dari Yordania untuk menghentikan tindakan pemukim Yahudi yang menyerang Masjid Al-Aqsa. Masjid suci ketiga dalam Islam yang berada di kota tua Yerusalem itu berada di bawah pemerintah Yordania.
Juru bicara Fatah, Raafat Alayan, mengatakan, "Apa yang terjadi di Masjid Al-Aqsa, termasuk mengibarkan bendera Israel dan membawa masuk senjata ke masjid itu oleh pemukim Yahudi yang diketahui polisi Israel, adalah serangan baru yang disengaja untuk mengacaukan keamanan masjid."
Dalam pernyataannya kepada Quds Press dan dimuat Middleeastmonitor.com edisi 6 Agustus 2015, Raafat menilai penangkapan enam penjaga Masjid Al-Aqsa, yang bekerja sebagai karyawan di Jordanian Islamic Waqf, karena berusaha mencegah pengibaran bendera Israel di dalam masjid tersebut, serta penangkapan di rumah terhadap yang lain, "Adalah kebijakan dari langkah untuk mengosongkan Masjid Al-Aqsa dari penjaga."
Raafat menyatakan keprihatinan mendalam atas serangan pihak Israel yang meningkat di Al-Aqsa. Langkah terbaru ini, ujar dia, "Sebagai salah satu langkah yang paling serius dari negara Zionis itu karena memberikan legitimasi dan status hukum untuk Operation Judaisation, yang membuat Yerusalem menderita sejak 1967 sampai sekarang."
Senin, 3 Agustus 2015, seorang pemukim Yahudi asal Prancis memasuki Masjid Al-Aqsa melalui Gerbang Al-Mughrabi dengan alasan ia adalah "orang asing". Ketika sampai Kubah Batu, ia mengangkat bendera Israel dan mulai melambaikannya kemudian mengatakan, "Ini adalah negara Israel." Pria itu membawa benda tajam yang digunakan untuk melukai dua penjaga Al-Aqsa.
Pasukan Khusus Israel melakukan intervensi untuk melepaskan pemukim dan membawanya di bawah perlindungan mereka. Polisi juga menangkap tujuh penjaga dan karyawan Jordanian Islamic Waqf.
MIDDLEEASTMONITOR.COM | ABDUL MANAN