TEMPO.CO, Jakarta - Meski dilarang pemerintah, masyarakat Cina tetap menonton serial Death Note dengan menggunakan Weibo, salah satu media sosial yang terkenal di Cina.
Death Note yang merupakan manga menceritakan tentang seorang pelajar bernama Light Yagami yang menemukan sebuah buku dengan kekuatan khusus. Siapa pun nama yang ditulis dalam buku tersebut, maka dia akan mati.
Serial ini dianggap kontroversi oleh pemerintahan Cina karena dianggap mengandung unsur kekerasan dan pornografi. Meski demikian, komik tersebut ternyata tetap eksis di sana karena banyak penggemar mereka yang menggunakan media sosial seperti Weibo untuk menonton series tersebut.
Dari pantauan BBC, tagar #DeathNote telah dibaca lebih dari 100 juta kali di Weibo. Dari tagar tersebut, banyak juga ditemukan komentar dari pengguna Weibo tentang komik yang dianggap kontroversial tersebut. “Larangan ini akan menjaga perkembangan kesehatan dari anak-anak muda,” ujar Liu Qiang, Menteri Kebudayaan Cina.
“Death Note versi film ini sangat superb,” ujar salah seorang pengguna. Komik yang ditulis oleh Jonathan Clement ini tetap menjadi tren di Cina karena banyak pengguna Weibo yang membagikan link film tersebut
Baca Juga:
Karena dilarang, banyak juga pengguna Weibo yang mengeluhkan aturan pemerintah ini. “Apa kalian menginginkan kami yang berusia 20-30 tahun ini untuk menonton kartun anak-anak?” ujar salah seorang pengguna.
Kepada BBC, Jonathan Clements, penulis dari anime tersebut, mengatakan fenomena yang terjadi di Cina ini tidak mengejutkan. “Larangan seperti ini, bukan berarti masyarakat tidak bisa menikmati. Tapi hanya aksesnya saja yang dipersulit,” kata dia.
Pemerintah Cina sebelumnya telah berselilsih dengan media Jepang selama satu dekade. Pada 2004 sebuah survei menemukan bahwa sebagian besar program kartun favorit di Cina berasal dari Jepang.
Jonathan menjelaskan kita bisa bertanya ke beberapa remaja di Cina dan mereka akan menyebutkan tayangan-tayangan Jepang. Kebanyakan tayangan tersebut ditonton dengan cara yang tidak legal. Bagaimana pun juga, ujarnya, hal ini sangat menarik dan merupakan penghargaan bagi Jepang.
DIAH HARNI SAPUTRI | BBC