TEMPO.CO, Bagdad - Sekitar sebulan lalu, publik dibuat terkejut oleh beredarnya rekaman video yang menunjukkan sekitar 25 anak dengan mata tidak berkedip menembak tentara Suriah di hadapan warga yang menonton.
Yang terbaru, sekitar sepekan lalu, muncul lagi video seorang anak, di bawah pengawasan anggota milisi dewasa, memenggal kepala seorang tentara Suriah dengan pisau.
Setiap orang tentu bertanya apa yang membuat anak-anak berusia belasan tahun ini begitu dingin saat melakukan tindakan keji seperti itu.
Dilansir dari laman Daily Mail, Senin, 20 Juli 2015, anak-anak itu pada awalnya ditunjukkan video pemenggalan kepala yang dilakukan milisi ISIS. Oleh si pelatih, anak-anak itu diberitahu bahwa mereka akan melakukan hal tersebut suatu hari nanti.
Pertama, anak-anak itu berlatih teknik. Lebih dari 120 anak laki-laki diberi boneka dan pedang dan diperintahkan memotong kepala boneka tersebut.
Yahya, bocah laki-laki 14-tahun yang diculik dari kelompok agama minoritas Yazidi Irak, mengatakan hal ini pekan lalu di wilayah utara Irak setelah berhasil melarikan diri dari kamp pelatihan ISIS.
Awalnya, dia tidak bisa memotong kepala boneka dengan tepat. Yahya mengaku kemudian disuruh melakukan sekali, dua kali, tiga kali, dan seterusnya sampai merasa terbiasa.
"Kemudian mereka mengajari saya cara memegang pedang dan mereka mengatakan kepada saya bagaimana cara memukul," kata Yahya kepada The Associated Press. "Mereka mengatakan kepada saya bahwa itu adalah kepala orang-orang kafir."
Ketika menyerbu Kota Yazidi di Irak utara tahun lalu, para ekstremis ISIS membantai pria dewasa serta memperbudak perempuan dan anak perempuan. Anak laki-laki Yazidi, seperti Yahya, memiliki nasib yang berbeda lantaran ISIS berusaha mendidik mereka. Demikian informasi yang dilansir dari laman Daily Mail.
Anak-anak ini dipaksa menjadi ekstremis pejuang jihad. ISIS merekrut remaja dan anak-anak dengan cara memberi mereka hadiah, mengancam, sampai mencuci otak mereka. Di bawah doktrin organisasi ini, anak laki-laki berubah menjadi pembunuh dan pelaku bom bunuh diri.
"Saya sangat mengkhawatirkan generasi masa depan," kata Abu Hafs Naqshabandi, syekh asal Suriah yang membuka kelas agama bagi para pengungsi di Sanliurfa, Turki, untuk melawan ideologi ISIS. Menurut dia, proses indoktrinasi ini terutama menargetkan anak-anak muslim Sunni.
DAILY MAIL | MECHOS DE LAROCHA