TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia menyambut baik kesepakatan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) soal program nuklir Iran yang telah berhasil dicapai Iran dan negara-negara anggota P5+1 (Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Rusia, Cina, Jerman) di Wina, Austria, Selasa, 14 Juli 2015.
Demikian pernyataan pers Kementerian Luar Negeri RI yang diperoleh Tempo dari Direktur Informasi dan Media, Sofia Sudarma, Selasa.
Dengan kesepakatan tersebut, Iran akan mengembangkan program nuklirnya semata-mata ditujukan bagi pemanfaatan energi nuklir untuk maksud damai, sebagai imbalan bagi pencabutan sanksi ekonomi dan finansial terhadap Iran.
Kesepakatan tersebut merupakan capaian sejarah yang mengakhiri kebuntuan perundingan program nuklir Iran selama 12 (dua belas) tahun sejak dimulai tahun 2003. Kesepakatan ini juga menegaskan kembali hak setiap negara untuk memanfaatkan energi nuklir untuk tujuan damai sebagaimana dijamin oleh Traktat NPT.
“Pemerintah Indonesia berharap melalui kesepakatan ini, dapat tercipta situasi yang kondusif untuk membantu mencari penyelesaian terhadap konflik dan krisis di Timur Tengah,” kata Kementerian Luar Negeri dalam pernyataannya.
Tercapainya kesepakatan tersebut sekali lagi merupakan bukti efektivitas pemecahan masalah melalui cara damai yang sejalan dengan posisi Indonesia selama ini yang senantiasa mengedepankan jalur diplomasi dan dialog dalam penyelesaian masalah program nuklir Iran.
Pemerintah Indonesia menghimbau agar pihak-pihak yang terkait dapat tetap melanjutkan pendekatan yang konstruktif dalam mengimplementasikan kesepakatan dimaksud.
Kesepakatan nuklir tersebut langsung disambut positif pasar minyak dunia yang sempat naik saat perundingan diperpanjang. Namun, Israel langsung meradang. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertekad untuk menggunakan segala upaya, termasuk melobi Kongres Amerika Serikat agar tidak meloloskan kesepakatan tersebut.
NATALIA SANTI