TEMPO.CO, Jakarta - Jepang menyatakan komitmen untuk membantu negara-negara ASEAN memerangi terorisme. Perwakilan Jepang untuk ASEAN Yukiko Okano mengatakan terorisme telah menjadi ancaman untuk semua negara sehingga kerja sama memeranginya perlu ditingkatkan.
"Jepang juga telah merasakan dampak menyedihkan terorisme setelah tiga warga kami dibunuh ISIS," kata Yukiko dalam acara peluncuran buku kontra-radikalisme di Jakarta, Rabu, 8 Juli 2015.
Tiga warga negara Jepang yang salah satunya berprofesi sebagai jurnalis disandera oleh kelompok militan ISIS pada awal tahun ini. Ketiga orang itu akhirnya menemui maut. Pembantaian jurnalis Jepang, Kenji Goto bahkan disebarluaskan ISIS melalui video ke seluruh dunia.
Yukiko menegaskan Jepang tidak akan menyerah pada terorisme. Negara matahari terbit itu juga akan terus mendukung berbagai program di negara lain untuk menghentikan teror dan menghambat menyebarnya paham radikalisme.
Melalui Japan ASEAN Integrated Fund (JAIF), ujar Yukiko, Jepang akan memberikan bantuan dana pada negara Asia Tenggara yang memiliki program kontra-radikalisme. Yukiko mengatakan program kontra-radikalisme harus ditingkatkan karena propraganda para teroris pun makin marak. "Mereka menyebarkan ide kekerasan melalui situs, media sosial, buku sehingga harus dilawan dengan media serupa," ucap dia.
Salah satu program yang didukung JAIF adalah penerjemahan buku karya penulis Mesir Abdel Monem Moneb ke dalam bahasa Inggris untuk disebarluaskan di Asia Tenggara. Moneb menulis dua buku tentang gerakan Islam dan akar kekerasan kelompok radikal di Mesir. Buku itu diterjemahkan oleh Institute for Society Empowerment.
Direktur Politik Keamanan ASEAN Kementerian Luar Negeri Chandra W. Yuda mengatakan penerbitan buku tersebut akan membawa banyak manfaat. "Kami sengaja mewujudkan proyek ini agar ada sharing pengalaman antara kita dan Mesir," ujar Chandra.
Selama ini, kata dia, banyak buku bagus tentang gerakan melawan radikalisme yang diterbitkan di berbagai negara namun hanya sedikit yang diterjemahkan ke dalam bahasa yang dimengerti orang Indonesia.
Buku yang ditulis Moneb berjudul Panduan untuk Gerakan Islam di Mesir dan Membincangkan Kembali Kelompok Jihad. Moneb adalah penulis Mesir yang pernah dipenjara selama 14 tahun sejak masih berusia 16 tahun karena terjerat gerakan Islam di negara itu setelah terbunuhnya presiden Anwar Sadat pada Oktober 1981.
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA