Ia akhirnya melakukan penelitian sendiri dan menemukan dirinya menderita EHS. "Saya merasa lega ketika saya akhirnya tahu saya menderita EHS. Banyak penderita kehilangan teman dan keluarga karena mereka tidak dapat memahaminya dan berpikir orang tersebut telah gila,” kata Lindsey.
Takut berurusan dengan listrik, Lindsey kini tinggal di daerah pedesaan di Wimborne, Dorset, barat daya Inggris. Ia bahkan tak berani berbelanja kebutuhan karena takut terpengaruh lampu neon, alat pemindai harga, bahkan Wi-Fi. "Saya harus hidup dengan gas, yang berarti menunggu 12 jam untuk mendapatkan air panas, dan menggunakan lilin untuk penerangan,” katanya.
Dia menjual rumah lamanya karena dia dapat merasakan energi listrik dari tetangganya. Dalam pengakuannya, Lindsey mengaku lega dapat mengetahui apa yang dideritanya.
Baca juga:Hotman Paris Ungkap Perilaku Janggal Putri Margriet
"Saya lega dengan hasil penelitian saya. Itu masuk akal dengan semua gejala yang pernah saya alami hingga saya menderita bertahun-tahun," kata dia. Di sisi lain, dia merasa sedih karena merasa kehilangan segala sesuatu yang membuatnya merasa seperti manusia. "Saya tak bisa pergi berlibur dan saya sedih saat Natal dan festival tiba. Saya ingin bergabung tapi saya tak bisa."
Sarah Dacre, pendiri lembaga penderita ES di Inggris mengatakan gejala EHS sudah semakin umum. Ia mengatakan empat persen dari populasi Inggris mengalami masalah ini. Bahkan pada tingkat yang lebih parah seseorang akan bisa mengalami kejang saat ada orang menggunakan smartphone pada jarak 12 meter. “Gejala paling umum adalah sakit kepala, vertigo, sulit tidur, masalah pencernaan, ruam dan detak jantung tidak teratur,” katanya.
DAILY MAIL | NINIS CHAIRUNNISA | RAJU FEBRIAN
Berita Menarik:
Satu Keluarga di Pekanbaru Diduga Bergabung ke ISIS
Kisah Bocah Diduga Digergaji: Begini Pengakuan Si Ibu