TEMPO.CO , Paris :Polisi pengendali massa menggunakan gas air mata terhadap pengemudi taksi yang melancarkan protes atas layanan transportasi online UberPOP. Massa membuat blokade jalan menuju bandara dan stasiun kereta di Paris dan beberapa kota lainnya, Kamis, 26 Juni 2015.
Aeroports de Paris, operator bandara Charles de Gaulle (CDG) dan Orly, memperingatkan pengguna jasanya untuk menggunakan layanan kereta lokal karena protes pengemudi taksi tersebut. "Akses jalan raya diblokir semua," tertulis di situs operator tersebut. Satu-satunya cara menuju CDG hanya lewat kereta.
Media Prancis menampilkan sejumlah gambar ban yang dibakar massa sehingga menutupi sebagian jalan lingkar sekitar pusat Paris beserta supir taksi melakukan aksi protesnya. Sementara polisi yang bertugas menghalau kerusuhan menembakkan gas air mata ke arah pemrotes tersebut.
Tak hanya itu, para pengemudi taksi juga memblokade akses menuju stasiun Gare du Nord, tempat kereta supercepat Eurostar dan Thalys yang melayani rute ke London dan Brussels. Supir taksi memasang sejumlah penghalang di sekitar Marseilles dan Aix-en-Provence di tenggara Prancis, termasuk pintu tol penting, dan akses menuju stasiun kereta di dua kota tersebut.Selain itu, protes juga terjadi di akses utama ke bandara Marseilles dan Provence.
Uber yang menghubungkan pengemudi dengan penumpangnya lewat aplikasi ponsel cerdas telah meluaskan layanannya ke beberapa kota di Prancis. Menganggap hal tersebut sebagai persaingan yang tidak adil, supir taksi terpancing amarahnya. Pasalnya, layanan Uber menghubungkan pengemudi mobil pribadi langsung dengan calon penumpangnya disertai tarif yang lebih murah dari taksi biasa.
Operasional UberPOP bahkan dianggap lebih informal ketimbang layanan kendaraan pariwisata pribadi yang biasa disebut VTC yang menggunakan supir profesional. "Kami menghadapi provokasi serius yang hanya bisa dijawab dengan satu: ketegasan total terhadap perampasan hak yang sistematis oleh mereka," ujar kepala perusahaan taksi G7, Serge Metz, kepada BFM TV."Kami benar-benar meminta maaf kepada klien dan para supir. Kami tidak melakukan ini dengan alasan main-main."
UberPOP telah hadir di Paris sejak 2011 dan mengembangkan sayap bisnisnya ke kota-kota lain, meskipun menghadapi pertarungan hukum. Sebuah hukum pada 2014 menyatakan larangannya terhadap pengemudi-pengemudi tak terdaftar yang mengambil pelanggan.
Uber menentang aturan itu dengan menyebut hukum tadi tidak jelas dan melawan prinsip kebebasan berbisnis. Selasa lalu masalah ini dilemparkan ke Mahkaman Konstitusi Prancis, sebuah lembaga yang memiliki wewenang meninjau kembali hukum konstitusi di sana.
BINTORO AGUNG S | REUTERS