TEMPO.CO, Seoul - Wabah sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) di Korea Selatan mulai berkurang. Kemarin hanya terdapat tiga kasus baru tanpa penambahan angka kematian.
“Dengan kasus terbaru, jumlah total kasus mencapai 175,” kata Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan, seperti dilaporkan kantor berita Yonhap. Jumlah kematian tercatat sama seperti sebelumnya, yakni 27 orang.
Hingga Selasa, 22 Juni 2015, jumlah warga yang diisolasi karena diduga tertular virus MERS turun menjadi 2.805. Padahal, sehari sebelumnya, ada 3.833 orang yang diisolasi. Sejak kasus MERS pertama kali terdeteksi pada 20 Mei lalu, lebih dari 13 ribu orang dikarantina, 10.718 di antaranya dibebaskan dari ruang isolasi karena tak menunjukkan gejala-gejala MERS setelah melewati masa inkubasi maksimum 14 hari.
Mereka yang dikarantina juga dilarang bepergian dengan penerbangan internasional atau domestik mulai kemarin.
Pada Selasa, 22 Juni 2015, petinggi Samsung Group meminta maaf kepada seluruh masyarakat Korea Selatan lewat siaran yang ditayangkan secara nasional. Sebab, separuh dari kasus MERS tercatat berasal dari rumah sakit yang dikelola perusahaan itu
Jay Y. Lee, putra satu-satunya pemilik Samsung Group, Lee Kun-hee, menyatakan pihaknya akan melakukan apa saja untuk menghentikan wabah itu dan mengubah metode perawatan di Samsung Medical Center, yang terletak di distrik elite Seoul, Gangnam. Tahun lalu, Lee Kun-hee dirawat di pusat kesehatan itu setelah terkena serangan jantung.
“Samsung Medical Center kami tidak dapat menghentikan infeksi MERS dan penyebarannya serta menyebabkan penderitaan dan keprihatinan di masyarakat. Saya meminta maaf,” kata Lee muda dalam pernyataan yang langka.
Sejak MERS mewabah di Korea Selatan dan adanya satu kasus di Thailand, beberapa negara kian waspada. Selain Hong Kong, Singapura, dan Malaysia yang meningkatkan intensitas pemeriksaan suhu tubuh di semua titik masuk negara masing-masing, pemerintah Myanmar turut mengambil langkah pencegahan.
“Sejak wabah ebola menyebar, Kementerian Kesehatan menempatkan dua mesin untuk mendeteksi penumpang. Kini alat tersebut akan digunakan untuk memeriksa mereka yang tiba dari negeri yang dilanda wabah MERS, seperti Korea Selatan,” kata Su Mon Oo, Kepala Medis Bandara Yangon, seperti dilaporkan kantor berita Irrawaddy, kemarin.
Pemerintah Thailand juga mewaspadai masa haji mendatang, yang akan diikuti sekitar 10 ribu anggota jemaah asal Thailand. MERS pertama kali ditemukan di Arab Saudi pada 2012. Meski penyakit yang belum diketahui pasti asal-muasalnya itu terkendali, hingga kini belum ada obat ataupun vaksin untuk mencegah penularannya.
REUTERS | YONHAP | IRRAWADDY | NATALIA SANTI