TEMPO.CO, Jakarta - Situs WikiLeaks mulai membocorkan dokumen rahasia dari Kementerian Luar Negeri Arab Saudi. Tumpukan dokumen yang mulai dibocorkan sejak hari Jumat 19 Juni 2015 itu, termasuk di antaranya lebih dari 61.000 dokumen, disebut sebagai "tahap pertama" dari "The Saudi Cables."
Dokumen yang dibocorkan itu berisi komunikasi rahasia Departemen Luar Negeri dan Kedutaan Besar Arab Saudi di seluruh dunia serta lembaga negara Arab Saudi lainnya, termasuk badan badan intelijennya, General Intelligence Services.
Dalam pernyataan yang dirilis pada hari Jumat, pendiri WikiLeaks Julian Assange menulis, dokumen itu dibuka untuk "mengangkat tabir kediktatoran yang semakin rahasia dan tidak menentu yang tidak hanya memperingati 100 tahun pemenggalan pada tahun ini, tetapi juga menjadi ancaman bagi tetangga dan dirinya sendiri."
Wikileaks mengklaim akan merilis ribuan dokumen lainnya selama beberapa minggu mendatang, yang jumlahnya 500.00 dokumen secara keseluruhan.
Pada akhir Mei, situs ini merilis lebih dari setengah juta kabel diplomatik AS dari tahun 1978, "Carter Cables II", yang menguraikan hubungan luar negeri antara Amerika Serikat dan negara-negara lain selama tahun yang penting dalam sejarah.
Sebagai respons atas tindakan WikiLeaks, Arab Saudi, Sabtu 20 Juni 2015, mendesak warganya untuk tidak membagikan "dokumen yang mungkin palsu" itu. Tetapi pernyataan yang dibuat oleh Kementerian Luar Negeri Arab Saudi di akun Twitter-nya itu tidak menyangkal langsung keaslian dokumen tersebut.
Dalam siaran persnya dikatakan, rilis WikiLeaks soal dokumen Arab Saudi ini bertepatan dengan peringatan tiga tahun dari pendirinya, Julian Assange, yang mencari suaka di kedutaan Ekuador di London.
Assange berlindung di kedutaan itu untuk menghindari ekstradisi ke Swedia, di mana ia akan diinterogasi tentang dugaan kejahatan seks yang dilakukannya. Assange membantah tudingan melakukan kejahatan seks itu.
Juru bicara WikiLeaks Kristinn Hrafnsson mengatakan bahwa ia yakin dokumen itu asli.
Tidak jelas bagaimana WikiLeaks mendapat dokumen tersebut. Namun dalam pernyataan di situsnya Wikileaks mengacu pada serangan elektronik baru pada Kementerian Luar Negeri Arab Saudi oleh kelompok yang menamakan dirinya Tentara Cyber Yaman.
Hrafnsson menolak menguraikan atau mengatakan apakah para peretas dari Yaman itu yang memberikan dokumen ke WikiLeaks. "Sebagai soal kebijakan, kami tidak akan membahas sumber dari bahan-bahan itu," ujarnya.
NEWSWEEK | THE AUSTRALIAN