Tentu saja setiap gading punya retakan. Sistem pendidikan di Finlandia pun demikian. Jari Lavonen, yang sudah empat dekade berkecimpung di dunia pendidikan, mengakui selalu ada selapis tipis anak muda yang mengalami demotivasi. Pendidikan yang serba gratis, di segala lini, telah menumbuhkan sedikit perilaku manja, kurang bersemangat. “Toh, akan selalu ada kesempatan kedua. Gagal di universitas, bisa coba masuk politeknik. Semua gratis pula,” kata Lavonen.
Petra Packalen, peneliti di National Board of Education, juga menyadari bahwa selalu ada pelajar yang mengalami demotivasi. Jumlahnya memang kecil, kurang dari lima persen murid yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. “Biasanya kami hubungi orang tua mereka, memberikan asistensi, menyarankan agar si anak tetap melanjutkan kuliah,” kata Packalen. Bagaimanapun, biaya hidup mahal dan semakin mahal dengan adanya krisis ekonomi global. “Ini menjadi tantangan tersendiri, bahwa mereka harus mengejar pendidikan terbaik,” kata Packalen.
Ada lagi retakan kecil pada sistem pendidikan Finlandia. Dalam beberapa tahun terakhir, skor Finlandia dalam survei PISA cenderung menurun. Korea Selatan, Cina, Singapura, Jepang, menyalip posisi Finlandia. Bagi Packalen, ini adalah alarm yang menunjukkan ada yang harus diperbaiki dalam sistem pendidikan Finlandia. “Tidak hanya PISA, kami juga mendeteksi sedikit penurunan kualitas dalam survei yang kami adakan sendiri,” katanya. “Secara umum masih bagus, hanya perlu pembenahan sesuai dengan zaman.”
Salah satu yang harus dirangkul, dalam konteks pembenahan, adalah teknologi digital. Permainan digital, jejaring sosial media seperti Path, Facebook, dan Twitter, telah memecah fokus dan daya konsentrasi anak. “Kita perlu beradaptasi,” kata Petra Peckalen. Caranya dengan merangkul dan memanfaatkan teknologi sebagai sarana belajar aktif. Belajar matematika, misalnya, dilakukan dengan memodifikasi permainan Angry Bird. Pertambahan, perkalian, pengurangan, pembagian, bisa diselipkan dalam model permainan “burung pemarah” ini. “Inovasi permainan edukatif ini yang sedang kami dorong,” kata Petra Peckalen.
Finlandia memang tak tinggal diam. Pembenahan kurikulum selalu dilakukan sebagai agenda sepuluh tahunan. Terakhir, pembenahan kurikulum terjadi pada 1997, sehingga pembenahan berikutnya akan digelar pada 2017. Masukan dari para guru di lapangan menjadi tiang utama pembenahan. “Pembenahan yang kami lakukan selalu gradual, tidak besar-besaran, dan selalu berbasis pada kebutuhan lapangan,” kata Lavonen. “Yang penting, tetap mengutamakan the joy of learning. Belajar itu harus menyenangkan.” (Bersambung)
Selanjutanya: Sekolah Ajaib: Sejak Balita Sudah Ditemani Kotak Sakti (4)
Mardiyah Chamim, Helsinki
Liputan Sekolah Ajaib:
- Sekolah Ajaib: Penyelamat Bangsa dari Kelaparan (1)
- Sekolah Ajaib: Makan Siang pun Gratis bagi Siswa (2
- Sekolah Ajaib: Di Sini Profesi Guru di Atas Dokter (3)
- Sekolah Ajaib: Sejak Balita Sudah Ditemani Kotak Sakti (4)