TEMPO.CO, New Delhi - Jika warga Semarang punya ritual Tari Ujungan untuk mendatangkan hujan, lain lagi dengan tradisi warga Negara Bagian Jharkhand, India sebelah timur. Polisi India sedang mencari kepala seorang pria 55-tahun, yang tewas lantaran dipenggal demi mendatangkan hujan.
Kepala pria itu dipisahkan dari lehernya dalam tradisi yang dianggap sebagai ritual pengorbanan untuk menyulap hasil panen yang lebih baik. Mayat tanpa kepala pria bernama Thepa Kharia itu ditemukan di rumahnya di sebuah desa terpencil di negara bagian Jharkhand, India timur.
Saudara Kharia mengatakan kepada polisi bahwa sekelompok penganut okultisme (penganut ilmu sihir dan dunia supranatural) yang dikenal sebagai Orkas, memenggal kepala pria itu di rumahnya untuk melaksanakan kurban yang menyerukan lebih banyak hujan dan hasil panen yang lebih baik.
"Orkas bisa menjadi siapa saja, dari petani hingga tantrik (salah satu aliran kepercayaan Hindu). Mereka mengubur kepala di lapangan dan berharap bahwa pengorbanan akan menghasilkan panen yang baik bagi masyarakat," kata saudara Kharia seperti yang dilansir IB Times, Rabu, 3 Juni 2015.
Ajay Kumar Thakur, petugas kepolisian yang menyelidiki pembunuhan itu, mengatakan: "Keluarga mengatakan penganut okultis membunuhnya untuk sebuah ritual. Kepalanya masih hilang dan belum ditemukan hingga kini."
Pengorbanan manusia sering terjadi di desa terpencil di India, tempat kepercayaan okultisme tersebar luas. Beberapa hari sebelum kematian Kharia, juga ditemukan lima jenazah manusia digantung di Sanatan Bag. Kelima jasad itu ditemukan setelah terjadi pengorbanan seorang anak kecil di sebuah kuil di Desa Rangapara, di Negara Bagian Assam.
Ritual itu diyakini bahwa anak itu diduga dibunuh oleh okultis yang kemudian digantung oleh penduduk desa yang marah. Pada 2013, seorang balita bernama Akash Singh secara brutal dibunuh oleh sekelompok orang yang percaya pengorbanan anak bisa memberi mereka kehidupan yang lebih baik.
Pada tahun yang sama, ayah membunuh anaknya yang berusia delapan bulan setelah mengklaim bahwa Kali, Dewi waktu, perubahan, dan kehancuran memintanya untuk berkorban. Rajkumar Chaurasia membunuh anaknya di depan sebuah kuil yang telah dibangun di rumahnya di desa Narain Purva, Barabanki.
Ketika ditangkap, Rajkumar mengatakan kepada polisi dia pikir pengorbanan akan membawa sukacita bagi pasangan "yang mengunjungi kuil Dewi Kali".
Pada 2011, seorang anak yang masih berusia tujuh tahun, Lalita Tati, dibunuh oleh dua petani yang mengorbankan dia dalam ritual untuk hasil panen yang lebih baik. Belakangan penganut ritual ini diyakini menuliskan surat kepada ayah Lalita yang isinya mengakui kejahatan mereka.
IB TIMES | YON DEMA