TEMPO.CO, Kathmandu -Ribuan sekolah yang diliburkan usai gempa di Nepal, mulai dibuka kembali.
Seperti yang dilansir BBC pada 31 Mei 2015, untuk sementara kegiatan belajar mengajar akan dilakukan di bangunan darurat yang dibangun menggunakan bahan-bahan sederhana seperti bambu, kayu dan terpal. Lokasinya tetap di atas bekas bangunan sekolah yang rusak dan di dekat tempat-tempat pengungsian.
Proses mengajar akan dilakukan oleh para relawan yang bekerjasama dengan Unicef. Untuk pelajarannya sendiri, akan fokus pada pemulihan trauma dari anak-anak itu sendiri.
Seorang pejabat Unicef, Shiva Bhusal mengatakan bahwa jumlah jam pelajaran akan terbatas. Fokus pengajarannya hanya bermain game dan kegiatan budaya.
Ia menambahkan bahwa PBB telah mendistribusikan perlengkapan pendidikan yang meliputi teka-teki dan buku gambar yang bertujuan memiliki dampak positif pada psikologi anak-anak.
"Anak-anak sangat senang di sini untuk melibatkan diri dengan berbagai jenis bahan bermain dan bahan rekreasi," kata spesialis pengembangan anak usia dini Unicef, Shiva Bhusal.
Lebih dari 25 ribu ruang kelas hancur akibat gempa berkekuatan 7,8 magnitude yang telah menewaskan lebih dari 8.600 orang tersebut. Daerah-daerah yang paling parah terkena dampak gempa berada di Gorkha, Sindhupalchok dan Nuwakot. Di wilayah itu, diperkirakan lebih dari 90 persen sekolah hancur.
Dilli Ram Rimal, Direktur Jenderal Departemen Pendidikan berharap dalam waktu dekat akan membuka kembali sekolah-sekolah yang belum bisa beraktivitas. "Kami memahami bahwa tidak semua sekolah memiliki sumber daya untuk membuka kembali. Tapi pendidikan merupakan bagian penting dari pemulihan dan kita perlu untuk segera memulai proses," ucapnya.
Menurut data Unicef, Nepal merupakan salah satu negara dengan angka anak putus sekolah tertinggi. Sekitar 1,2 juta anak-anak Nepal berusia antara 5 dan 16 tahun telah putus sekolah bahkan tidak pernah bersekolah.
BBC | YON DEMA