TEMPO.CO, Teheran - Pejabat senior militer Iran memperingatkan Amerika Serikat dan pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi mengenai kebijakan menghalangi kapal misi bantuan Iran untuk milisi Yaman. Sikap itu, menurut Iran, bertentangan dengan kesepakatan genjatan senjata untuk kemanusiaan yang berlangsung lima hari.
"Saya sampaikan secara terus terang bahwa sikap mempertahankan diri Republik Islam Iran tidak terbatas," ucap Jenderal Masoud Jazayeri, Wakil Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, kepada televisi berbahasa Arab milik Iran, Al-Alam, Selasa dinihari, 12 Mei 2015, waktu setempat.
"Baik Saudi maupun negara-negara lain, seperti Amerika Serikat dan sekutunya, harus berpikir bahwa jika mereka menjadi penghalang Republik Islam Iran mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada negara-negara di kawasan (Timur Tengah), itu sama saja dengan memicu api. Mereka harus bertanggung jawab untuk memadamkannya."
Iran mengatakan kapal mereka yang bertolak pada Senin, 11 Mei 2015, membawa makanan, obat-obatan, tenda, dan selimut disertai wartawan, tim penyelamat, serta aktivis perdamaian. Iran juga menjelaskan, kapal ini diharapkan tiba di kota pelabuhan Yaman, Hodeida, pekan depan. "Angkatan Laut Iran akan melindungi kapal-kapal ini," ucapnya, Selasa, 12 Mei 2015.
Juru bicara koalisi pimpinan Arab Saudi, Brigadir Jenderal Ahmed Asiri, mengatakan, tidak satu pun kapal diizinkan merapat ke Yaman tanpa koordinasi dengan koalisi. Jika Iran ingin menyampaikan bantuan kemanusiaan, negeri itu harus melakukannya melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Dari Washington, Kolonel Steve Warren mengatakan militer Amerika akan memantau setiap kapal kargo dan memperingatkan bahwa rencana Iran menghalangi pemantauan itu tak akan bergua. Kapal Iran tidak perlu memberikan pengawalan jika ingin mengirimkan kargo melalui Djibouti. Seluruh bantuan kemanusiaan untuk Yaman harus melalui negeri itu.
AS adalah negeri yang mendukung koalisi, sementara Arab Saudi selaku pimpinan koalisi menuding Iran mempersenjatai milisi Yaman, yang dikenal sebagai kaum Houthi. Tudingan tersebut dibantah baik oleh Iran maupun Houthi.
Gencatan senjata antara Houthi dan koalisi Arab Saudi berlangsung lima hari dimulai sejak Selasa malam, 12 Mei 2015, waktu setempat, hanya beberapa jam setelah jet tempur Arab Saudi menggempur basis milisi Houthi dan sekutunya.
AL ARABIYA | CHOIRUL AMINUDDIN