TEMPO.CO, Jakarta - Belum selesai derita akibat gempa, warga Nepal harus menemui derita lain, yaitu bantuan yang dikucurkan dunia tidak sampai ke tangan mereka. Akibat kondisi ini, kurang lebih 200 warga Nepal berdemonstrasi menuntut keadilan pemerintah atas bantuan bencana.
"Truk yang berisi beras hanya melewati daerah kami dan tidak berhenti. Pemerintah pusat mengambil semuanya," ujar Udhav Giri, 30 tahun, salah satu warga Nepal, sebagaimana dikutip kantor berita Australia, ABC, pada Kamis, 30 April 2015.
Di daerah timur Kathmandu, Dolakha, warga menyambangi kantor pemerintahan setempat dan melempari kaca jendela kantor dengan batu. Mereka mengecam tindakan pemerintah yang lamban memberikan tempat tinggal sementara bagi para korban ataupun bantuan material bangunan.
Salah satu daerah yang menderita adalah Desa Sangachowk, yang berjarak tiga jam dari ibu kota Kathmandu. Daerah ini dilanda krisis air bersih serta tidak kunjung mendapat bantuan makanan.
Akibatnya warga memblokade jalan menuju Kathmandu. Lalu mereka terpaksa menghentikan dua truk yang membawa beras, mi instan, dan penganan kecil.
"Dalam kelaparan dan kedinginan, pemerintah justru meminta kami menunggu dan menunggu. Saya mendengar kalau bantuan dari dunia sudah berdatangan, tapi di mana mereka?" ujar demonstran lainnnya, Ranjana.
Pemerintah berdalih pengiriman bantuan sulit dilaksanakan lantaran jalur darat yang rusak berat akibat patahan gempa dan longsoran dari bukit. Selain itu, untuk pengiriman jalur udara melalui helikopter masih terhalang cuaca buruk.
"Kami berusaha semampu mungkin untuk mengirim bantuan meski kondisi saat ini juga sulit," ujar Shambhu Khatri, petugas khusus bantuan gempa Nepal.
ROBBY IRFANY | ABC