TEMPO.CO, Manila - Mary Jane Fiesta Veloso bisa lolos dari jeratan eksekusi hukuman mati gara-gara lobi "gila" Presiden Filipina Benigno Aquino III. Aksi Aquino menjelang eksekusi meluluhkan niat Presiden Joko Widodo yang sejak awal berkukuh dengan putusan hukuman mati.
Cerita ini muncul dari pernyataan Sekretaris Kabinet Filipina Jose Rene Almendras. Menurut Almendras, seperti dikutip Rappler.com, tanpa malu-malu, Aquino menelepon Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada Selasa, 28 April 2015.
Kepada Retno, Aquino bercerita tentang Maria Kristina Sergio, orang yang diduga merekrut Mary Jane dan menyerahkan diri ke kepolisian Filipina. Aquino menawarkan pilihan yang sulit ditolak: menggunakan Mary Jane untuk mengusut sindikat narkoba alih-alih mengeksekusinya. "Titik balik terjadi setelah Aquino bilang Indonesia bisa menjadikan Mary Jane saksi negara," kata Almendras, Rabu, 29 April 2015.
Almendras menilai aksi Aquino bisa disebut "gila". Karena tak seharusnya Aquino sebagai presiden menghubungi langsung Menteri Retno. Biasanya presiden menggunakan perpanjangan tangannya untuk menyampaikan pesan kepada pejabat negara lain. "Tapi Presiden Aquino ingin maksudnya tersampaikan secepat-cepatnya," ujarnya.
Tanpa aksi "gila" Aquino, mungkin Mary Jane kini sudah dieksekusi mati. Sebab upaya Menteri Luar Negeri Filipina Albert del Rosario dan Menteri Hukum Filipina Laila de Lima melobi Jaksa Agung Prasetyo mentok karena Jokowi tunduk kepada hukum, sehingga memerintahkan agar Mary Jane tetap dieksekusi mati.
"Jangan memaksa kami membatalkan atau menunda eksekusi, karena jika kami melakukan itu, kami akan dianggap lemah," kata Prasetyo seperti ditirukan Almedras.
Belakangan, Prasetyo melunak dan mengatakan eksekusi hukuman mati buat Mary Jane ditunda. "Ada permohonan dari Presiden Filipina pada menit-menit akhir," ujar Almendras menirukan ucapan Prasetyo.
MUHAMAD RIZKI
VIDEO TERKAIT: