Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pasca Gempa, Ketegangan Warga di Nepal Belum Mereda

Editor

Saroh mutaya

image-gnews
Sonit Awal mendapat perawatan setelah ditemukan oleh tim penyelamat di bawah reruntuhan puing rumah di Bhaktapur, Nepal. Tim penyelamat berhasil menemukan bayi ini setelah mendengar tangisan dari bawah reruntuhan puing. dailymail.co.uk
Sonit Awal mendapat perawatan setelah ditemukan oleh tim penyelamat di bawah reruntuhan puing rumah di Bhaktapur, Nepal. Tim penyelamat berhasil menemukan bayi ini setelah mendengar tangisan dari bawah reruntuhan puing. dailymail.co.uk
Iklan

TEMPO.CO, Kathmandu - Jumlah korban meninggal dunia akibat gempa dahsyat di Nepal yang terjadi empat hari lalu sudah lebih dari 5 ribu orang. Adapun yang mengalami luka-luka lebih dari 10 ribu orang hingga Rabu, 29 April 2015.

Para pejabat mengaku telah salah sejak awal sehingga para penyintas terjebak di desa-desa terasing yang tengah menunggu bantuan dan pertolongan.

Sementara itu, sekitar 200 orang Nepal berunjuk rasa di luar parlemen di ibu kota Kathmandu menuntut pemerintah menambah jumlah bus ke wilayah perbukitan dan meningkatkan distribusi bantuan.

"Saya belum mampu menghubungi anggota keluarga saya di desa," kata Kayant Panday, salah seorang demonstran, yang mengaku bangun pukul 04.00 waktu setempat untuk mendapatkan bus yang bisa mencapai satu daerah yang hebat tertimpa gempa. Saat itu ia belum berhasil mendapatkan satu pun bus. "Tak ada cara saya mendapatkan informasi apakah mereka hidup atau mati."

Pemerintah yang masih menaksir akibat gempa bumi berkekuatan 7,9 Skala Richter tak mampu mencapai banyak wilayah pegunungan kendati pasokan bantuan dan personel bantuan tumpah ruah dari seluruh dunia.

Kemarahan dan frustasi menggunung ketika banyak warga Nepal yang tidur di luar di ruang terbuka di bawah tenda-tenda darurat pada malam keempat sejak gempa bumi terparah dalam 80 tahun terakhir menimpa negeri itu.

"Ini adalah bencana pada skala yang tak terlukiskan. Ada sejumlah kelemahan dalam mengelola operasi pertolongan," kata Menteri Komunikasi Nepal Minendra Rijal.  "Kami akan meningkatkannya mulai Rabu."

Perdana Menteri Sushil Koirala berkata kepada Reuters bahwa jumlah korban meninggal dunia bisa mencapai 10 ribu jiwa karena informasi mengenai korban dan kerusakan dari desa-desa dan kota-kota kecil belum masuk.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Angka itu akan melampaui 8.500 korban meninggal dunia akibat gempa bumi 1934 yang adalah bencana alam terakhir dalam skala ini yang menerjang negara di Himalaya berpenduduk 28 juta orang di antara India dan Cina tersebut.

Sampai saat ini helikopter-helikopter penyelamat tidak bisa mendarat di sejumlah wilayah pegunungan yang terasing. Shambhu Khatri, seorang teknisi yang menumpang di salah satu helikopter itu, mengatakan seluruh bukit ambrol di beberapa bagian distrik Gorkha yang rusak parah, mengubur pemukiman-pemukiman. Maka akses ke sana pun hampir mustahil.

Seorang pejabat kesehatan di Laprak, sebuah desa di distrik yang dikenal sebagai asal tentara terkenal di dunia Gurkha, memperkirakan bahwa 1.600 dari 1.700 rumah di desa itu hancur.

Di Kathmandu dan kota-kota lainnya, rumah sakit-rumah sakit dengan segera kelebihan pasien hanya beberapa saat setelah gempa terjadi, sehingga banyak yang mesti dirawat di luar di ruang terbuka, atau sama sekali tak dirawat.

Menteri Luar Negeri Shanker Das Bairagi telah meminta bantuan tambahan para dokter spesialis dari seluruh dunia, selain juga tim-tim SAR kendati awalnya para pejabat mengatakan Nepal tidak terlalu banyak membutuhkan bantuan.

"Prioritas utama kami adalah tim pencari dan penolong. Kami memerlukan dokter syaraf, pakar bedah ortopedik, dan bedah trauma," kata Bairagi.

ANTARA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kakek 85 Tahun Tewas, Nepal Akan Batasi Usia Pendaki Everest

9 Mei 2017

Min Bahadur Sherchan, melakukan Yoga saat pagi hari dirumahnya di Kathmandu, Nepal, 12 April 2017. Min Bahadur Sherchan, akan menjadi  pendaki Everest tertua di dunia yang pernah diraihnya pada 2008. REUTERS/Navesh Chitrakar
Kakek 85 Tahun Tewas, Nepal Akan Batasi Usia Pendaki Everest

Pemerintah Nepal akan segera membatasi usia pendaki Gunung Everest setelah seorang kakek berusia 85 tahun tewas saat berusaha menaiki puncak tertinggi


Pendaki Gunung Tertua di Dunia Asal Nepal Tewas di Everest

6 Mei 2017

Min Bahadur Sherchan. REUTERS
Pendaki Gunung Tertua di Dunia Asal Nepal Tewas di Everest

Menurutnya, usia bukan halangan mewujudkan mimpi.


Tradisi Chhaupadi di Nepal Makan Korban Remaja Putri  

21 Desember 2016

123rf.com
Tradisi Chhaupadi di Nepal Makan Korban Remaja Putri  

Tradisi mengasingkan perempuan yang sedang haid di luar rumah di Nepal memakan korban seorang remaja putri. Tradisi ini sebenarnya sudah dilarang.


Eks Pemimpin Pemberontak Maoist Jadi Perdana Menteri Nepal  

3 Agustus 2016

Calon Perdana Menteri dan Ketua Partai Komunis Bersatu Nepal (Maois) Pushpa Kamal Dahal, yang juga dikenal sebagai Prachanda, tersenyum disela pemilihan perdana menteri di Kathmandu, Nepal, 3 Agustus 2016. REUTERS/Navesh Chitrakar
Eks Pemimpin Pemberontak Maoist Jadi Perdana Menteri Nepal  

Mantan pemimpin pemberontak Maoist terpilih menjadi Perdana Menteri Nepal.


Nepal Lantik Bidhya Devi Bhandari, Presiden Wanita Pertama

29 Oktober 2015

Presiden terpilih Nepal, Bidhya Bhandari (tengah) melambaikan tangan usai terpilih di parlemen di Kathmandu, Nepal, 29 Oktober 2015. REUTERS/Navesh Chitrakar
Nepal Lantik Bidhya Devi Bhandari, Presiden Wanita Pertama

Bidhya Devi Bhandari, nama pemimpin berusia 54 tahun itu, berasal dari Partai Bersatu Marxist-Leninist Nepal.


Kado Ronaldo untuk Jetin, Bocah Nepal Korban Gempa

1 September 2015

Anak korban bencana gempa bumi di Nepal, Shrestha mengenakan kaos pemberian Cristiano Ronaldo. Omar Havana via www.telegraph.co.uk
Kado Ronaldo untuk Jetin, Bocah Nepal Korban Gempa

Jetin tertegun dengan hadiah yang dikirim Cristiano Ronaldo.


Temuan Jasad Baru Gempa Nepal di Langtang, Warga Indonesia?

7 Agustus 2015

Seorang wanita terluka di bagian kepala terkena reruntuhan bangunan saat gempa susulan kembali mengguncang Nepal, 12 Mei 2015. Pusat gempa berada di 76 kilometer sebelah timur Kathmandu. REUTERS/Navesh Chitrakar
Temuan Jasad Baru Gempa Nepal di Langtang, Warga Indonesia?

Sebanyak 17 jasad baru kembali ditemukan empat bulan setelah gempa bumi dahsyat mengguncang Nepal.


Pria Nepal Ini Gorok Leher Seorang Bocah, Alasannya...

28 Juli 2015

TEMPO/Mahfoed Gembong
Pria Nepal Ini Gorok Leher Seorang Bocah, Alasannya...

Masyarakat di Desa Kudiya masih menganut kepercayaan kuno tentang kekuatan sihir dan entitas supranatural.


Di Nepal, Ada Desa Ginjal karena Banyak Warganya Jual Ginjal

12 Juli 2015

Ilustrasi ginjal
Di Nepal, Ada Desa Ginjal karena Banyak Warganya Jual Ginjal

Daerah ini disebut Desa Ginjal karena hampir semua orang yang tinggal di sana telah menjual ginjal mereka kepada pedagang organ tubuh manusia.


Gempa Nepal, India Siapkan Dana Bantuan Rp 13 triliun  

25 Juni 2015

Birendra Karmacharya bersama dengan anak-anaknya melintasi didepan reruntuhan bagunan yang hancur akibat gempa bumi April lalu saat mengantarkannya kesekolah pada hari pertama di Bhaktapur, Nepal, 31 Mei 2015. REUTERS/Navesh Chitrakar
Gempa Nepal, India Siapkan Dana Bantuan Rp 13 triliun  

Cadangan devisa Nepal aman.