Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Inilah Lima Tokoh Penggagas KAA 1955  

Editor

Kurniawan

image-gnews
Kiri-kanan: PM Burma U Nu, PM India, Jawaharlal Nehru, dan PM Indonesia Ali Sastroamidjojo, berbincang di sela-sela Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, 1955. Dalam konferensi yang menggaungkan gagasan tentang kebebasan dan kesetaraan ini juga terlihat keakraban para kepala negara dan delegasi dari berbagai negara. Howard Sochurek/The LIFE Picture Collection/Getty Images
Kiri-kanan: PM Burma U Nu, PM India, Jawaharlal Nehru, dan PM Indonesia Ali Sastroamidjojo, berbincang di sela-sela Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, 1955. Dalam konferensi yang menggaungkan gagasan tentang kebebasan dan kesetaraan ini juga terlihat keakraban para kepala negara dan delegasi dari berbagai negara. Howard Sochurek/The LIFE Picture Collection/Getty Images
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Ide membuat Konferensi Asia-Afrika datang ketika Ali Sastroamidjojo menerima surat dari Perdana Menteri Sri Lanka John Kotelawala pada awal 1954. Kotelawala mengajak Perdana Menteri Ali, PM India Jawaharlal Nehru, PM Birma (kini Myanmar) U Nu, dan PM Pakistan Muhammad Ali bertemu untuk menurunkan ketegangan di Indocina (sekarang Vietnam).

Ali Sastroamidjojo menyebut lima perdana menteri ini sebagai "Panca Lima", yang nantinya menjadi penggagas Konferensi Asia-Afrika 1955. Namun jalan ke sana tidaklah mudah.

Waktu itu dunia tegang. Amerika Serikat berkonflik dengan Uni Soviet, yang populer disebut dengan "Perang Dingin". Semua negara terpecah antara mendukung Amerika atau Soviet, yang dikenal sebagai Blok Barat dan Timur.

Kotelawala mengusulkan lima perdana menteri itu bertemu di Kolombo, Sri Lanka. Ali Sastroamidjojo menyanggupi datang dengan tujuan menggagas kemungkinan pertemuan para kepala negara yang lebih besar.

Ali dan rombongan berangkat ke Kolombo pada 26 April 1954. Presiden Sukarno berpesan secara khusus kepada Ali agar memperjuangkan ide membuat konferensi yang lebih besar daripada pertemuan Kolombo. Sukarno punya rencana lebih besar, menyingkirkan setiap bentuk penjajahan. "Kalau mereka tak mau, biar kita sendiri yang menyelenggarakannya," kata Sukarno, seperti dikutip Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri Roeslan Abdulgani dalam bukunya, The Bandung Connection.

Di Kolombo, meski empat perdana menteri lain berfokus pada penyelesaian konflik Cina dan Amerika Serikat yang berebut Vietnam, Ali menekankan pentingnya sebuah pertemuan besar semua negara Asia-Afrika jika ingin konflik itu berakhir. "Sebab, saya yakin bahwa soal-soal dunia tidak dihadapi oleh bangsa-bangsa Asia saja, melainkan bangsa-bangsa Afrika juga," kata Ali dalam bukunya, Tonggak-tonggak di Perjalananku.

Menurut Ali, ide itu disetujui para perdana menteri. Namun mereka menganggap ide itu sulit terealisasi. Alasannya, peserta yang banyak dengan beragam kepentingan akan sulit menentukan topik konferensi. Akan susah pula memilih peserta yang diundang karena sebagian negara Asia-Afrika terbelah akibat Perang Dingin.

Ali pantang mundur. Ia meyakinkan mereka bahwa pemerintah Indonesia sanggup mengerjakannya. "Atas saran Nehru, konferensi menyetujui untuk memberikan dukungan moril sepenuhnya kepada Indonesia," ujar Ali.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seusai sidang Kolombo, Ali gencar melobi negara-negara Asia-Afrika sembari terus meyakinkan Nehru dan U Nu. Nehru bulat mendukung Ali dan bahkan mengatakan konferensi itu perlu dipercepat.

Di Jakarta Ali bergerak cepat. Ia mengirim undangan kepada para perdana menteri tadi untuk berkunjung ke Jakarta menyiapkan konferensi itu. Panca Lima bertemu di Bogor pada 28-29 September 1954.

Sidang Panca Lima menyepakati pemerintah Indonesia sebagai pengundang KAA dan panitia penyelenggara. Mereka membentuk pula sekretariat bersama beranggotakan duta besar keempat negara di Indonesia dengan ketua Roeslan Abdulgani.

Para peserta menyerahkan waktu pertemuan kepada pemerintah Indonesia. Setelah lobi kanan-kiri, Ali mendapat kepastian ada 25 kepala negara yang bersedia hadir. "Lalu saya memutuskan Bandung sebagai tempat konferensi," katanya.

Nama resmi pertemuan itu adalah Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika. Para peserta, dalam percakapan di rapat-rapat cukup menyebutnya "Konferensi Bandung".

Konferensi itu digelar di Gedung Merdeka. Jumlah resmi peserta pertemuan itu 29 negara. Kelak, pada 1961, konferensi ini mengilhami Gerakan Non-Blok karena ketegangan Blok Barat dan Timur tak juga mereda.

TIM TEMPO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

2 hari lalu

Raden Ajeng Kartini. Wikipedia/Tropenmuseum
25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

Pemerintah Sukarno memilih hari Kartini untuk diperingati sebagai momentum khusus emansipasi wanita


Kilas Balik 69 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Dampaknya bagi Dunia

5 hari lalu

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD (ketujuh kanan), Ketua MPR Bambang Soesatyo (delapan kanan) dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (keenam kanan) dan puluhan delegasi pimpinan MPR negara Anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) foto bersama seusai pembukaan Konferensi Internasional secara resmi di Gedung Asia Afrika, Bandung, Jawa Barat, Selasa 25 Oktober 2022. Konferensi Pimpinan MPR Negara-negara OKI tersebut merupakan pertemuan Internasional untuk membahas forum MPR dalam mewujudkan perdamaian dunia dan penguatan parlemen dari negara-negara Islam. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Kilas Balik 69 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Dampaknya bagi Dunia

Hari ini, 69 tahun silam atau tepatnya 18 April 1955, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat.


Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

21 hari lalu

Sejumlah anggota Pramuka melakukan atraksi tongkat pada upacara pembukaaan Jambore Nasional Gerakan Pramuka di Buperta Cibubur, Jakarta, Minggu, 14 Agustus 2022. Jambore Nasional Gerakan Pramuka yang berlangsung pada 14 hingga 21 Agustus 2022 ini digelar dengan tema Ceria, Berdedikasi dan Berprestasi bertujuan membentuk sikap, perilaku, keterampilan, dan pengalaman kode kehormatan Pramuka Satya dan Darma Pramuka. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

Ekskul Pramuka di sekolah bakal bersifat sukarela seiring dengan Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024. Berikut sejarah panjang Pramuka di Indonesia.


Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

27 hari lalu

Letjen Soeharto (kiri), Soekarno, Sultang Hamengku Buwono IX, dan Adam Malik pada rapat Kabinet Ampera1, 25 Juli 1966. Dok. Rusdi Husein
Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

Naiknya Soeharto sebagai presiden menggantikan Sukarno berawal dari kemelut politik yang rumit pasca peristiwa G30S


Mengenang 31 Tahun Mohammad Natsir Berpulang: Menengok Ide Negara dan Agama

7 Februari 2024

Mohammad Natsir. Dok.TEMPO/Ali Said
Mengenang 31 Tahun Mohammad Natsir Berpulang: Menengok Ide Negara dan Agama

Mohammad Natsir merupakan pemikir, politikus, sekaligus pendakwah.


Klaim Prabowo soal Food Estate: Pemikiran Strategis Bung Karno

31 Januari 2024

Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kanan) meninjau lahan yang akan dijadikan
Klaim Prabowo soal Food Estate: Pemikiran Strategis Bung Karno

Prabowo Subianto heran mengapa banyak tokoh nasional yang mempertanyakan urgensi food estate.


Dosen Hubungan Internasional Unair: Indonesia Bisa Ajak Negara Peserta KAA untuk Tekan Israel

24 November 2023

Menlu RI Retno Marsudi saat mengisi acara
Dosen Hubungan Internasional Unair: Indonesia Bisa Ajak Negara Peserta KAA untuk Tekan Israel

Rumah Sakit Indonesia di Gaza berada dalam kondisi luluh lantah akibat serangan oleh Israel, peristiwa tersebut pun turut direspon oleh Dosen HI Unair.


Kunjungi Kedubes Palestina, Hasto PDIP: Hubungan Batin Bung Karno dan Megawati dengan Palestina Sangat Kuat

10 Oktober 2023

Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto memberikan sambutan saat membuka acara pelatihan juru kampanye (jurkam) partai tingkat nasional dalam menghadapi Pemilu 2024 di Sekolah Partai DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Sabtu 5 Agustus 2023. Pelatihan tersebut diikuti 100 peserta yang berasal dari utusan masing-masing DPD serta utusan sayap dan badan partai, guna memenangkan Pilpres dan Pileg 2024. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Kunjungi Kedubes Palestina, Hasto PDIP: Hubungan Batin Bung Karno dan Megawati dengan Palestina Sangat Kuat

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengunjungi Kedutaan Besar Palestina untuk menyatakan dukungan kepada Palestina.


Suhu Politik Sebelum Peristiwa G30S 1965: Fakta-fakta Angkatan Kelima yang Diusulkan PKI

28 September 2023

Jenderal Ahmad Yani. Wikipedia
Suhu Politik Sebelum Peristiwa G30S 1965: Fakta-fakta Angkatan Kelima yang Diusulkan PKI

Pada 1965 PKI mengusulkan Angkatan Kelima, sebuah matra militer beranggotakan buruh dan tani yang dipersenjatai. Letjen Ahmad Yani menolak ide itu.


Menlu Retno Ajak Anggota PBB Bangkitkan Kepercayaan, Solidaritas Global

24 September 2023

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan pernyataan Indonesia dalam Sidang ke-78 Majelis Umum PBB di New York, AS, pada Sabtu, 23 September 2023. ANTARA/HO-Kemlu RI
Menlu Retno Ajak Anggota PBB Bangkitkan Kepercayaan, Solidaritas Global

Menlu Retno menyampaikan bahwa setiap negara memiliki hak yang sama untuk membangun dan tumbuh.