TEMPO.CO, Aden - Bantuan kemanusiaan International Committe of the Red Cross (Palang Merah Internasional/ICRC) sulit mencapai Yaman karena aksi kekerasan di sana masih terus berlanjut. ICRC sebenarnya telah mendapat izin dari pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi untuk mendaratkan pesawat. Masalahnya, semakin sedikit pesawat yang mau ke wilayah berbahaya itu.
"Kami masih berusaha untuk mendapat pesawat ke Sanaa. Ada kesulitan logistik karena tidak banyak perusahaan kargo mau terbang ke wilayah konflik," kata Claire Feghali, juru bicara ICRC seperti dilaporkan BBC, Senin, 6 April 2015.
Meski begitu, Feghali menyatakan tetap optimistis 48 ton pasokan medis akan tiba di sana besok atau lusa. ICRC juga berusaha menempatkan tim dokter bedah di Aden, kota pelabuhan Yaman, tapi perlu persetujuan semua pihak agar itu bisa dilakukan. Saat ini baru ada 300 tenaga relawan ICRC di Yaman.
Ledakan terjadi di Aden hari ini. Penduduk setempat menyebut itu karena pasukan koalisi berupaya mengepung pemberontak Houthi di pinggir kota. Pertempuran jalanan dan baku tembak telah berlangsung selama beberapa hari di kota itu, benteng pertahanan terakhir pendukung Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Konflik tengah bergejolak antara pemerintah Sunni versus Houthi, pemberontak Syiah di Yaman. Dibantu koalisi negara Arab pimpinan Saudi Arabia, Yaman berusaha merebut kembali Sanaa, ibu kotanya.
Pasokan makanan, air, dan listrik makin menipis terutama di Aden. "Bagaimana kami hidup tanpa air dan listrik?" kata Fatima, warga setempat, seperti dikutip ABC.
Setidaknya 53 orang tewas dalam 24 jam terakhir, mencakup 17 warga sipil, 10 milisi pendukung Hadi, dan 26 anggota pemberontak. Secara keseluruhan, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, sudah lebih dari 500 orang tewas selama dua pekan konflik di Yaman.
ABC | GUARDIAN | BBC | ATMI PERTIWI