TEMPO.CO, Nairobi - Sedikitnya 14 orang dilaporkan tewas pada Kamis, 2 April 2015, ketika sekelompok militan Islam menyerbu sebuah kampus universitas dekat perbatasan Kenya-Somalia. Mereka juga membawa pergi sejumlah mahasiswa Kristen untuk dijadikan sandera.
"Polisi dan pasukan keamanan langsung mengepung dan menguci rapat Universitas Garissa dan berusah melucuti orang-orang bersenjata di sana," kata Kepala Kepolisian Kenya, Joseph Boinet, dalam sebuah pernyataan.
Kelompok militan Somalia, Al-Shabaab, yang memiliki hubungan dengan Al-Qaeda, mengaku bertanggung jawab atas serangan mematikan tersebut dan masih menahan sejumlah sandera Kristen di dalam kampus.
"Kami minta seluruh tahanan muslim dibebaskan," kata Sheikh Abdiasis Abu Musab, juru bicara operasi militer Al-Shabaab kepada Reuters. "Pertempuran masih terus berlangsung di dalam universitas."
"Para penyerang menembak siapa pun tanpa pandang bulu di dalam kompleks universitas," kata Boinet seraya menambahkan, saat ini polisi sedang mengamankan empat hostel universitas.
Beberapa waktu lalu, Al-Shabaab pernah melakukan serangan di Garissa, kota yang terletak di sekitar 200 kilometer dari garis perbatasan Somalia. Salah satu serangan mematikan berlangsung pada 2013. Ketika itu sejumlah kaum militan menyerang sebuah mal Westgate di Nairobi.
Menurut para penyerang, serangan itu sebagai bentuk peringatan kepada pemerintah Kenya yang mengirimkan pasukannya ke Somalia untuk memerangi kaum militan.
Pusat Bencana Nasional Kenya dalam keterangannya melalui akun Twitter mengatakan, hampir seluruh korban sandera mengalami luka-luka, empat di antaranya kondisinya kritis. Mereka sudah dilarikan ke rumah sakit di Nairobi untuk menjalani perawatan.
"Saya bisa sampaikan kepada Anda, sejauh ini kami menerima 49 korban luka dan meninggal. Seluruh korban tersebut akibat ditembus peluru tajam. Empat di antara mereka tewas," kata dokter di rumah sakit Garissa.
AL ARABIYA | CHOIRUL