TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Satu dari setiap lima jebolan fakultas kedokteran yang tengah menjalani pendidikan sebagai dokter muda di Malaysia berhenti setiap tahunnya. Menurut laporan Asia News Network, banyak dokter baru yang memenuhi syarat juga berhenti karena lama menunggu untuk dikirim sebagai peserta pendidikan profesi dokter (koas).
Hal ini, kata mereka, sangat mengkhawatirkan terkait ketersediaan dokter di negara itu. Biaya pendidikan dokter di negara itu sangat mahal, antara RM 50 ribu hingga RM 1 juta, atau setara Rp 1,76 miliar hingga Rp 3,52 miliar jika mereka menyelesaikan studinya di luar negeri.
Baca Juga:
Mereka yang meninggalkan pendidikan itu, tulis ANN, tiba-tiba telah ditemukan bekerja sebagai pelayan dan bahkan mengelola pasar malam. Dalam beberapa kasus, ada calon dokter muda yang memilih sebagai pramugari ketimbang melanjutkan studinya.
Deputi Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Dr S. Jeyaindran mengatakan hanya sekitar seribu dari lima ribu calon dokter muda yang menyelesaikan pendidikannya. Di antara alasan untuk meninggalkan pendidikan itu karena sebagian bersekolah di fakultas kedokteran bukan atas kemauannya, tapi karena tekanan orang tua.
Selain itu, ada juga yang memiliki persepsi yang sama sekali berbeda dari kehidupan dokter, ketidakmampuan untuk bekerja selama berjam-jam, dan sebab lain. "Dokter muda dipekerjakan oleh Departemen Pelayanan Publik (PSD) dengan proses terminasi membosankan dan bisa memakan waktu hingga beberapa bulan sampai lebih dari satu tahun," katanya.
Baca Juga:
Banyaknya mahasiswa kedokteran yang lulus setiap tahun adalah alasan lain untuk menunggu lamanya penempatan sebagai dokter muda. Waktu tunggu rata-rata adalah sekitar enam bulan, bisa lebih lama untuk penempatan di rumah sakit perkotaan, termasuk Rumah Sakit Kuala Lumpur.
Padahal, katanya, beban kerja dokter muda di Malaysia lebih ringan dibandingkan dengan negara-negara lain. "Dokter muda di Malaysia rata-rata menangani antara empat dan enam pasien. Bandingkan dengan delapan sampai 12 pasien untuk dokter muda di Singapura, Australia, dan Amerika Serikat," katanya.
Ia mengatakan kementerian harus mengeksplorasi cara-cara lain yang lebih fleksibel dalam mempekerjakan dokter muda.
ANN | INDAH P.