TEMPO.CO, Jakarta - Prosesi acara pemakaman Bapak Singapura, Lee Kuan Yew, diiringi hujan deras dan angin kencang sejak sekitar pukul 11.00, Ahad , 29 Maret 2015, waktu Singapura.
Ratusan warga tidak beranjak dari tempatnya saat hujan deras turun. Mereka sabar menunggu prosesi keluarnya jenazah Lee dari gedung parlemen.
Sekitar pukul 12.30, pintu utama dibuka lalu perlahan keluar mobil pengawal diiringi peti jenazah Lee yang ditutup bendera Singapura berada dalam kotak kaca bening. Para anggota keluarga dengan berjalan kaki dan mengenakan baju hitam-putih mengiringi peti jenazah.
Teriakan warga kemudian terdengar: Lee Kuan Yew! Mereka kemudian melambaikan bendera Singapura. Beberapa warga mengabadikan momen itu menggunakan telepon seluler. Bahkan ada seorang pria memanjat pembatas jalan trotoar kemudian mengibarkan bendera Singapura sambil berteriak menyebut nama perdana menteri pertama negara itu.
Di perempatan jalan North Bridge, prosesi berhenti, dan warga kembali berteriak dan melambaikan tangannya. Anggota keluarga Lee, yang mengiringi peti jenazah dengan berjalan kaki sejak dari gedung parlemen, kemudian naik ke dalam mobil yang telah disediakan.
Prosesi kemudian dilanjutkan menuju gedung Pusat Kebudayaan Universitas Nasional Singapura untuk upacara kenegaraan pada pukul 14.00.
Beberapa menit kemudian, terdengar dentuman sebanyak empat kali dan satu pesawat tempur F16 melesat melintas di atas gedung parlemen. Ini sebagai tanda perpisahan untuk Lee Kuan Yew.
Bersamaan prosesi semakin jauh dan menghilang dari pandangan mata, perlahan ratusan warga membubarkan diri diiringi hujan deras.
Lee, yang memimpin Singapura pada 1959-1990, meninggal pada usia 91 tahun, Senin, 23 Maret 2015.
MARIA RITA (SINGAPURA)