TEMPO.CO, Nairobi - Kasus rasisme diduga telah terjadi di sebuah restoran Cina bernama "Chinese Restaurant" di ibu kota Kenya, Nairobi. Dilaporkan bahwa restoran tersebut tidak menerima tamu atau pelanggan asal Afrika setelah pukul 5 sore waktu setempat.
Pengelola restoran beralasan bahwa kebijakan tersebut diberlakukan demi menjaga keamanan restoran. Pengelola restoran beranggapan pengunjung asal Afrika bisa memicu kekerasan menyusul aksi kelompok teroris Al-Shabaab akhir-akhir ini.
"Kami tidak menerima pelanggan Afrika karena kita tidak tahu siapa yang Al-Shabaab dan siapa yang tidak. Hal ini tidak tertulis di wajah seseorang bahwa mereka adalah preman bersenjata," Esther Zhao, seorang manajer restoran, mengatakan kepada kantor berita Nairobi seperti yang dilansir RT News pada 23 Maret 2015.
Zhao mengatakan tamu restoran merasa lebih aman dan nyaman jika pelanggan Afrika dijauhkan. Hanya sopir taksi Afrika disertai dengan tamu Eropa, Cina, atau India dapat diterima di restoran Cina itu. Orang Afrika yang mendapat pengecualian untuk dapat masuk di jam tersebut adalah Senator Nairobi Mike Sonko dan mantan Menteri Kabinet Raphael Tuju karena mereka dianggap teman yang setia.
Langkah ini menyebabkan gelombang kemarahan di media dan kalangan politikus lokal. "Itu merupakan kasus rasial dan etnis yang inkonstitusional," kata Ombudsman Kenya, Otiende Amollo. "Hal ini secara tidak langsung telah menjustifikasi bahwa semua masyarakat Afrika adalah perampok dan penjahat. Apa pun tindakan mereka ambil untuk menjaga keamanan harus memperlakukan semua orang sama tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau warna."
Otiende Amollo menyerukan agar orang-orang yang tidak mengakui persamaan untuk dituntut terkait diskriminasi. Amollo telah menghubungi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan menuntut agar pemerintah bisa mencabut lisensi restoran tersebut.
RUSSIA TODAY|YON DEMA