TEMPO.CO, Jakarta - Polisi Malaysia, Senin lalu, 16 Maret 2015, menangkap Nurul Izzah. Presiden Partai Keadilan Rakyat ini dilaporkan bekas anggota parlemen, Zulkifli Noordin, karena memberi komentar yang dianggap melecehkan pengadilan. Di parlemen, Nurul membacakan pernyataan ayahnya—Anwar Ibrahim, kini dipenjara—yang mempertanyakan independensi pengadilan di Malaysia.
Nurul dikenai Akta Hasutan, sebuah undang-undang yang dibuat penjajah Inggris pada 1948. Selasa, 17 Maret, Nurul dilepaskan dari tahanan. Berikut ini wawancara eksklusif Tempo dengan Nurul Izzah, melalui sambungan telepon beberapa jam setelah dibebaskan.
Apa alasan polisi menangkap Anda?
Polisi tidak memiliki alasan menangkap saya. Saya ditangkap pada pukul 07.30 pagi (waktu Malaysia), lalu dimasukkan ke tahanan tanpa penjelasan soal kesalahan yang saya lakukan. Kemudian, pukul 09.30 pagi tadi saya dipulangkan karena polisi ingin mencari bukti.
Ada bukti yang harus mereka cari?
Apa yang harus saya sembunyikan? Saya bicara diketahui umum, disiarkan, dan dicatat dalam catatan parlemen. Ini untuk pertama kalinya sejak 1978, seorang anggota parlemen ditangkap karena ucapan yang dia lontarkan di parlemen.
Polisi tetap menyatakan Anda bersalah sehingga mereka merasa perlu menangkap Anda.
Dengan tuduhan itu pun mereka tidak perlu menangkap saya, karena saya tidak pernah menolak pemanggilan, tidak pernah melanggar putusan mahkamah, saya tidak pernah melakukan tindakan pidana. Catatan hukum saya bersih. Tak ada alasan bagi saya untuk kabur. Padahal ada anggota parlemen dari UMNO, Ismail Sabri, yang menghina orang Cina di luar parlemen, sampai hari ini tidak ditangkap.
Jadi penangkapan ini politis?
Ini karena (Perdana Menteri) Najib Tun Razak kebingungan secara politis. Dia panik karena kami tengah membongkar skandal 1MDB (1Malaysia Development Berhad, sebuah lembaga pendanaan negara) yang menelan 42 miliar ringgit utang negara.
Jadi, penangkapan ini hanya untuk membuat Anda takut?
Tentu. Ini adalah cara dia melakukan balas dendam, karena saya membongkar ketimpangan dalam demokrasi bernegara.
Apakah Anda takut dan berhenti karena penangkapan ini?
Penangkapan ini bukan alasan bagi saya untuk berhenti berjuang. Meski ayah saya sudah ditangkap sebulan lalu. Saya tentu memikirkan ibu, yang bukan hanya kehilangan suami, tapi juga anak sulung. Saya juga memikirkan dua anak kecil yang saya tanggung.
Saya bisa katakan, alhamdulillah kasus yang menimpa saya ini membongkar bagaimana jahatnya rencana mereka. Ini bukan soal Anwar Ibrahim. Sudah kita katakan berkali-kali, ini adalah soal ketua oposisi, karena ketika ketua oposisi sudah dihancurkan, maka tidak ada lagi benteng pertahanan suara rakyat yang 52 persen. Saya, karenanya, mengucapkan terima kasih kepada teman-teman, baik dari Pakatan Rakyat, NGO, maupun aktivis yang kemarin mendukung saya.
QARIS TAJUDDIN