TEMPO.CO, Manila: Dukungan dan tingkat kepercayaan masyarakat Filipina terhadap Presiden Filipina Benigno Aquino menurun drastis. Hal ini dipicu oleh kemarahan publik atas terbunuhnya 44 polisi dalam bentrokan dengan pemberontak pada Januari lalu.
Pamor ini berdasarkan jajak pendapat Pulse Asia yang diumumkan pada Selasa, 17 Maret 2015. Jajak pendapat dilakukan pada pekan pertama Maret. Hasilnya menunjukkan dukungan terhadap Aquino turun dari 59 persen menjadi 38 persen. Begitu pula dengan tingkat kepercayaan terhadap putra mantan Presiden Corazon Aquino.
"Ini adalah penurunan terbesar untuk kedua indikator tersebut dalam lima tahun," Profesor Ronald Holmes, presiden Pulse Asia, kepada Reuters. "Ini pertama kalinya presiden telah gagal untuk mendapatkan rating mayoritas, di bawah level 50 persen," Holmes melanjutkan.
Sebuah penyelidikan polisi menemukan Aquino bertanggung jawab atas bentrokan di pulau selatan Filipina, Mindanao, pada 25 Januari lalu. Sehingga semakin mempersulit upaya perdamaian dengan kelompok gerilyawan muslim terbesar di negara itu.
Juru bicara presiden menolak temuan polisi itu dan mengatakan Aquino bukan bagian dari peristiwa tersebut dan tidak bertanggung jawab atas bentrokan itu.
Baca Juga:
Peringkat Aquino yang mengalami penurunan tersebut bisa berimplikasi terhadap pemilihan presiden 2016 meskipun ia tidak bisa mencalonkan diri lagi.
Walaupun Aquino tidak memenuhi syarat untuk pemilihan ulang karena terhadang oleh undang-undang, tapi prospek calon dari partainya dalam pemilihan presiden 2016 kemungkinan akan terganggu jika popularitasnya turun.
Analis politik mengatakan bentrokan Januari, yang dikenal sebagai insiden Mamasapano telah menimbulkan krisis politik Aquino. "Presiden telah menyia-nyiakan terlalu banyak modal politik pada insiden Mamasapano," kata Earl Parreno dari Institut Reformasi Politik dan Pemilu. "Peringkat ini akan memiliki implikasi serius dalam pemilu 2016."
CHANNEL NEWS ASIA | YON DEMA