TEMPO.CO, Jakarta - Tania Albers mengaku sedang dalam sebuah misi. Dia akan membantu penyelenggaraan sebuah pameran seni karya Sukumaran—terpidana mati—yang akan diselenggarakan di Amsterdam, Belanda, pada Jumat malam, 20 Maret 2015.
Wanita muda asal Denmark itu adalah salah satu teman dekat Sukumaran dan menjadi salah seorang yang akan mengunjungi Sukumaran di penjara Nusa Kambangan bersama anggota lain dari keluarganya. Dia, seperti kebanyakan teman dekat dan keluarga dari Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, masih memiliki harapan eksekusi mati batal dilakukan.
"Saya tidak akan mengatakan selamat tinggal. Anda harus memiliki harapan," kata Albers seperti dilansir News.com.au pada 16 Maret 2015.
Albers bersama sepupunya yang tinggal di Amsterdam akan menyelenggarakan pameran untuk sekitar 21 lukisan hasil karya Sukumaran. Antara lain lukisan yang dibuatnya sejak tahun lalu dan menjelang eksekusi mati.
Albers pertama kali berkenalan dengan Sukumaran melalui Pelayanan Dukungan Tahanan Asing pada tahun 2006, dan pertama kali mengunjunginya di penjara Kerobokan pada tahun 2011. Sejak itu ia selalu menghabiskan liburannya di Bali mengunjungi Sukumaran, dan sekarang mendukung pameran seninya.
Setelah permohonan grasi Sukumaran ditolak pada awal Januari lalu, Albers terbang ke Bali untuk melihatnya dan mengatur pameran di Amsterdam. Dari perjalanan itu, dia berencanan membawa pulang 20 lukisan Sukumaran.
Albers mengatakan Sukumaran ingin pameran itu terus dilanjutkan tanpa harus bergantung pada nasibnya. Dia ingin keluarganya bangga padanya.
Pameran karya Sukumaran juga rencananya dilanjutkan ke London dalam upaya meningkatkan kesadaran internasional terhadap kasus ini. Namun tak satu pun dari lukisan yang akan dipamerkan itu dijual. "Saya berjanji untuk memastikan bahwa semua lukisan kembali ke keluarganya," kata Albers yang tiba di Cilacap pekan lalu.
Tanggal pelaksanaan eksekusi dua warga Australia penyelundup narkoba tersebut belum ditentukan. Duo itu adalah Myuran Sukumaran dan Andrew Chan.
NEWS.COM.AU | YON DEMA