TEMPO.CO, Jakarta - Terpidana mati Myuran Sukumaran masih berharap Presiden Indonesia Joko Widodo mengubah keputusannya untuk mengeksekusi mati warga Australia tersebut. Pesan itu ia tuangkan dalam karya lukisannya.
Sukumaran melukis wajah Jokowi bertajuk Heartfelt dalam koleksinya yang akan dipamerkan di Amsterdam, Belanda, pada Jumat, 20 Maret 2015. Di balik lukisan itu, ia menuliskan pesan, "People can change" (Seseorang bisa berubah).
Sukumaran juga melukis sebuah peluru yang diletakkan di atas meja dengan judul Macabre. Ini menggambarkan bahwa ia akan ditembak mati atas kasus narkoba.
Karya lain yang menggambarkan kegelisahan hatinya adalah sebuah jalan lurus yang pada ujungnya terdapat kegelapan bertajuk Darkness Comes. Ia membuatnya di dalam pesawat saat dipindahkan dari penjara Kerobokan, Bali, ke Nusa Kambangan, Cilacap.
Sukumaran merupakan satu dari sepuluh terpidana narkotik yang akan dieksekusi mati di Nusa Kambangan. Ia divonis menyelundupkan heroin ke Bali pada 2005 bersama rekannya, Andrew Chan.
Namun eksekusi itu belum kunjung dilakukan. Antara lain karena masih menunggu keputusan kasasi atas terpidana Mary Jane Fiesta Viloso asal Filipina.
Jaksa Agung Prasetyo pada akhir pekan lalu mengatakan eksekusi mati akan dilakukan serentak. Namun ia belum bisa memastikan waktunya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menolak permohonan grasi Sukumaran atas hukuman mati.
Perdana Menteri Tony Abbott dan Menteri Luar Negeri Australia Julia Bishop telah beberapa kali melakukan lobi agar hukuman itu dibatalkan. Solusinya, antara lain, dengan menawarnya menjadi hukuman seumur hidup dengan janji akan membayar semua biaya hidup selama terpidana berada di penjara.
NEWS COM AU | MARTHA WARTA SILABAN