TEMPO.CO, Canberra - Australia memperketat pengawasan imigrasi di bandara untuk mencegah warganya bergabung dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Pejabat kontra-terorisme negara itu mengaku memeriksa secara saksama rata-rata 405 orang per hari di bandara Australia yang dicurigai sebagai jihadis.
Angka-angka ini menjadi salah satu motor dalam perdebatan manfaat membatalkan paspor serta mencegah perjalanan kelompok ekstrem ke luar negeri. Australia termasuk satu dari negara yang warganya banyak bergabung dengan ISIS.
Tim dari Border Force Counter-Terrorism—lembaga yang baru seumur jagung berdiri—disebar ke delapan bandara untuk melakukan tugas pengawasan ini. Sejak Agustus 2014 hingga Februari 2015, mereka telah melakukan pemeriksaan terhadap 75.906 orang yang dicurigai. “Tak hanya warga Australia, penumpang dari luar negeri yang mencurigakan juga diperiksa,” kata juru bicara Menteri Imigrasi, Peter Dutton.
Penilaian ini tidak acak dan melibatkan petugas yang ahli pada bidang kontra-terorisme. Bagi yang dicurigai akan diajukan serangkaian pertanyaan untuk menentukan risiko terhadap keamanan nasional. Ditton tak merinci berapa dari jumlah itu yang kemudian terbukti merupakan anggota kelompok teroris. "Tapi, secara signifikan, mereka berhasil mencegatnya," katanya.
Dari hasil pemeriksaan ini, kata dia, wisatawan yang tertangkap dengan bahan ekstremis pada ponsel mereka ditempatkan di bawah pengawasan. Sedangkan yang memiliki inkonsistensi dengan bagasi dan visa mereka akan diproses oleh kantor imigrasi lebih lanjut. "Banyak yang telah ditarik dari pesawat, bagasi diperiksa, hingga dipaksa untuk menjadwal ulang penerbangannya," katanya.
Mufti Besar Australia Dr Ibrahim Abu Mohammad mengecam langkah yang disebutnya "sangat tidak profesional" itu. Ia mengatakan sebagian besar wisatawan dan tak ada kaitan dengan jaringan teroris juga turut jadi korban.
September tahun lalu, seorang imam senior yang sangat dihormati digeledah atas dasar kecurigaan ini. Sheikh Shady Alsuleiman, yang bepergian dengan jemaah untuk melakukan ibadah haji, ditahan selama lebih dari dua jam di Sydney dan ketinggalan penerbangan.
SMH | INDAH P.