TEMPO.CO, Baghdad - Pihak berwenang Kurdi di Irak mengatakan, Sabtu, 14 Maret 2015, pasukan mereka diserang oleh pejuang Negara Islam Irak dan Al-Sham (ISIS) dengan menggunakan senjata kimia.
Dewan Keamanan Regional Kurdi merilis pernyataan bahwa mereka memiliki bukti yang menunjukkan para pejuang ISIS menggunakan gas klorin sebagai senjata saat berperang melawan Peshmerga, pasukan militer Kurdi.
Dewan mengatakan serangan kimia diduga terjadi di jalan antara kota terbesar kedua Irak, Mosul, dan perbatasan Suriah, saat pasukan ini berjuang untuk merebut jalur pasokan logistik penting itu. Mereka menyatakan pejuang Kurdi menemukan sekitar 20 tabung gas di lokasi serangan.
Video yang ditunjukkan oleh Dewan memperlihatkan sebuah truk melintas di jalan dan asap putih mengalir keluar berbarengan dengan laju kendaraan itu. Setelah truk meledak, tabung-tabung itu berserakan di jalan.
Seorang pejabat mengatakan kepada Associated Press bahwa puluhan pejuang Peshmerga dirawat karena pusing, mual, muntah, dan melemah setelah serangan itu. Sejauh ini belum ada tanggapan dari ISIS.
Penggunaan bahan kimia dalam perang dilarang di bawah Konvensi Senjata Kimia 1997. "Cara-cara ini menunjukkan ISIS telah kehilangan inisiatif dan beralih ke langkah-langkah putus asa," kata pemerintah Kurdi.
Klorin, bahan kimia industri, pertama kali diperkenalkan sebagai senjata kimia di Ypres dalam Perang Dunia I. Zat ini menyebabkan orang yang menghirupnya mengalami gangguan pernapasan hingga kematian.
Tuduhan penggunaan klorin oleh ISIS bukan yang pertama kali dilancarkan. Pada Oktober lalu, para pejabat Irak menyatakan milisi ISIS mungkin menggunakan klorin dalam bentrokan pada akhir September di Kota Balad dan Duluiya.
Klorin umum digunakan oleh kelompok gerilyawan di Irak. Pada Mei 2007, pengebom bunuh diri mengemudikan truk tangki penuh klorin dan meledakkannya. Dua polisi tewas dan memaksa sekitar 350 warga sipil Irak dan enam tentara AS untuk mencari pengobatan karena terpapar gas ini.
AP | INDAH P.