TEMPO.CO, Beijing – Sejumlah pabrik tekstil di Cina menerapkan teknik yang membahayakan kesehatan manusia ketika mencuci pakaian berbahan denim pesanan Amerika Serikat. Mereka menggunakan sandblasting atau semprotan pasir berkekuatan tinggi.
Di Indonesia, teknik seperti itu biasanya digunakan untuk membersihkan teritip dan terumbu karang yang menempel di lambung kapal saat moda angkutan laut itu naik dok.
Menurut siaran televisi Al Jazeera dalam acara bertajuk 101 East Programme “Denim Blues”, sejumlah pabrik di Provinsi Guangdong, Cina, memiliki ventilasi yang minim, berdebu, dan kotor. “Pabrik-pabrik itu memproduksi 260 juta pasang jins setiap tahun,” demikian bunyi laporan Al Jazeera yang melakukan investigasi selama setahun di Cina.
Investigasi stasiun televisi yang berbasis di Doha ini juga menemukan fakta bahwa pabrik-pabrik tersebut menggunakan semprotan pasir berkekuatan tinggi untuk mencuci jins. Proses pencucian semacam ini, kata Al Jazeera, dapat membahayakan pernapasan atau menyebabkan penyakit yang dikenal dengan silikosis.
Sandblasting dilakukan dengan memasukkan butiran pasir ke dalam selang udara, selanjutnya menyemprotkannya dengan kekuatan tinggi ke denim atau bahan jins. Cara ini dipakai agar pakaian tampak kusam. Teknik ini memang cepat, murah, dan dapat memanipulasi gaya pakaian tertentu, tapi berbahaya bagi kesehatan pekerja.
Dalam investigasinya, Al Jazeera menemukan jins merek Hollister sedang disemprot pasir di sebuah pabrik di wilayah selatan Cina. Di pabrik lain, Al Jazeera mendapati jins berlabel American Eagle Outfitters, Abercrombie, dan Fitch mengalami proses yang sama.
Ketika ditanya mengenai proses tersebut, manajer pabrik menolak menjelaskan. Tapi beberapa pekerja bersedia membeberkan ihwal proses tersebut dengan catatan nama dan identitasnya tidak disebutkan.
Salah seorang pekerja berkata, "Problem utama sandblasting adalah debu. Ini artinya Anda bakal mendapatkan risiko gangguan paru-paru karena menghirup silika jika tidak mendapatkan perlindungan yang baik."
Beberapa pekerja mengaku mereka tidak hanya mengalami masalah di bagian paru-paru, tapi juga terserang alergi yang ditimbulkan oleh zat pewarna dan bahan kimia lain yang digunakan dalam proses pembuatan denim.
Shan--bukan nama sebenarnya--mantan buruh pabrik Tianxiang yang diam-diam merekam situasi di dalam pabrik itu, berujar, "Setelah menghirup bahan kimia sepanjang hari, saya tidak memiliki nafsu makan. Jadi saya bekerja dengan kondisi perut kosong," ucapnya.
Beberapa foto jepretan Shan yang diperoleh Al Jazeera menunjukkan bahan-bahan kimia itu disimpan di tempat terbuka di ruangan yang penuh sesak. Di sana, segelintir buruh bekerja tanpa pelindung.
Shan menjelaskan kepada Al Jazeera: "Leher saya terasa tercekik ketika saya pertama masuk ke ruangan, dan mulai batuk-batuk. Saya hampir tak bisa bernapas. Sepertinya saya bernapas di tempat yang aneh karena tidak ada udara segar."
Empat hari setelah kunjungan Al Jazeera ke Tianxiang, juru bicara perusahaan American Eagle Outfitter menyampaikan informasi kepada Al Jazeera bahwa seluruh peralatan sandblasting telah dipindahkan dari pabrik, tapi mereka menolak mengomentari apa yang terjadi dengan karyawan pabrik itu.
AL JAZEERA | CHOIRUL