TEMPO.CO, Paris - Bekas Menteri Dalam Negeri Prancis, Claude Guenat, diperiksa pihak berwajib, Jumat, 6 Februari 2015, karena kuat dugaan menerima duit haram dari Kolonel Muammar Qadhafi. Fulus tersebut, menurut penyidik, bagian dari dana yang digunakan Nicolas Sarkozy pada kampanye pemilihan presiden 2007.
Untuk membongkar skandal suap ini, petugas berhasil membongkar transfer rekening senilai US$ 540 ribu atau setara dengan Rp 7 miliar atas nama Guenant pada Februari 2013.
Guenant, tangan kanan Sarkozy selama satu dekade, tidak membantah uang yang mengendap di rekening tersebut. Namun dia mengaku bahwa muasal fulus itu adalah hasil penjualan dua lukisan Flemish abad ke-17 kepada seorang pengacara Malaysia.
"Saya menjual lukian tersebut pada 2008 kepada seorang pengacara Malaysia," tuturnya.
Pria 70 tahun ini boleh saja berdalih, namun sejumlah seniman ingin bukti. Menurut mereka, harga tertinggi lukisan hasil karya seniman Andries van Eertvell itu berkisar 140 ribu uero atau sekitar Rp 2 miliar.
Tuduhan rasuah Qadhafi terhadap Sarkozy semasa kampanye pemilihan presiden 2007 terungkap saat pemilihan presiden 2012 putaran pertama. Ketika itu, situs Mediapart menerbitkan sebuah dokumen yang menyebutkan bahwa tim kampanye Sarkozy mendapatkan suntikan dana 50 juta euro atau Rp 700 miliar.
"Dokumen itu palsu," bantah Sarkozy.
Pada pemilihan presiden 2012, Saroky politis kanan-tengah, dikalahkan oleh wakil partai sosialis Francois Hollande yang kini menjabt sebagai Presiden Prancis.
Dalam sebuah dokumen berbahasa Arab yang ditandatangani oleh Mussa Kussa, Kepala Intelijen Qadhafi, pada 2006, menyebutkan bahwa Kolonel Qadhafi sepakat memberikan dukungan kampanye kepada Nicolas Sarkozy sebesar 50 juta euro atau sekitar Rp 700 miliar.
Menanggapi kasus ini, Menteri Dalam Negeri Prancis, Bernard Cazeneuve, mengatakan, "Terhadap tudingan serius yang melibatkan diktator Muammar Qadhafi, Nicolas Sarkozy harus menjelaskannya sendiri kepada rakyat Prancis."
AL ARABIYA | DAILYMAIL | CHOIRUL