TEMPO.CO, Melbourne - Tak ada cerita bagi Jasmine Pilbrow untuk bepergian dengan pesawat Qantas atau Jetstar. Mahasiswa Victoria University tersebut dilarang naik pesawat milik maskapai ini tujuan mana pun. Sebab, sebelumnya ia memprotes transfer dan deportasi seorang pria Tamil di atas pesawat dengan nomor penerbangan 838 pada 2 Februari.
Tanpa menyebutkan nama, seorang pemimpin divisi keamanan Qantas mengirim surat ke akun e-mail Pilbrow yang menyatakan: “tindakannya tidak dapat diterima dan tidak akan ditoleransi Qantas Group atau Jetstar Group.”
Surat itu juga menyebutkan Qantas mencoba untuk menghubungi Pilbrow, tapi tak ditanggapi. Namun Pilbrow membantahnya dengan menyatakan tak pernah menerima telepon dari Qantas.
Kejadian bermula saat seorang pengungsi, Puvaneethan, 25 tahun, dikirim pulang ke Sri Lanka dalam penerbangan dari Melbourne ke Darwin. Dia sebelumnya ditahan di Pusat Penahanan Imigrasi Melbourne. "Jika dia dikirim kembali ke Sri Lanka, ia kemungkinan akan dipenjara dan disiksa," kata Pilbrow.
Pilbrow baru tahu dia dilarang terbang dengan Qantas setelah membaca berita yang diterbitkan Fairfax Media pada Selasa. Selain Pilbrow, penumpang lain, Paul Leary, dan rekannya juga dilarang bepergian dengan pesawat itu.
"Saya mencoba untuk menindaklanjuti larangan itu, tapi tak jelas ke nomor berapa saya harus menghubungi. Ketika saya menelepon kantor pusat Qantas, mereka mengirim saya ke layanan pelanggan yang mengatakan saya harus mengisi formulir jika saya punya keluhan tentang larangan tersebut," kata Pilbrow.
Sedangkan Leary memilih menempuh jalur hukum atas larangan ini. Ia menyebutkan diskriminasi atas dasar keyakinan politik bertentangan dengan hak asasi manusia.
Ia menyatakan protesnya atas penanganan Puvaneethan dilakukan dengan benar. "Saya melakukannya dengan cara yang paling sopan, dengan berdiri, menekan tombol call, dan menunggu hingga pelayan Qantas datang," katanya. Dia mengatakan mereka tidak pada titik mencoba untuk mengganggu atau menunda penerbangan, dan tidak bertujuan untuk meninggalkan pesawat.
THE AGE | INDAH P.