TEMPO.CO, Pyongyang - Korea Utara memuji serangan terhadap Duta Besar Amerika Serikat untuk Korea Selatan, Mark Lippert, oleh seorang warga Korea Selatan pada Rabu, 4 Maret 2015.
Dalam sebuah pernyataan di Korean Central News Agency, yang dikutip dari ABC News, Kamis, 5 Maret 2015, Korea Utara menyatakan serangan tersebut mencerminkan opini publik di Korea Selatan dan merupakan hukuman yang pantas didapatkan Amerika Serikat.
Lippert diserang aktivis ultranasionalis bernama Kim Ki-jong, 55 tahun. Kim menyerang Lippert dari belakang menggunakan pisau. Saat itu ia tengah menghadiri acara sarapan yang diadakan Dewan Korea untuk Rehabilitasi dan Rekonsiliasi.
Pipi kiri dan tangan kiri Lippert terluka serius akibat sabetan pisau. Saat itu juga pelakunya ditangkap polisi. Kim menjelaskan, ia menyerang Lippert untuk memprotes kehadiran militer AS di Korea.
Kim menentang latihan militer gabungan AS dan Korea Selatan yang dimulai pekan ini. "Korea Selatan dan Korea Utara harus bersatu kembali," teriaknya seraya menyerang Lippert, yang memulai tugasnya di Korea Selatan pada Oktober 2014.
Dalam sebuah taklimat singkat, Chung Nam-sik, dari Rumah Sakit Severance, mengatakan pisau menembus lengan kiri Lippert dan merusak saraf yang terhubung ke kelingking dan tendon yang terhubung ke ibu jarinya.
Lippert perlu dirawat di rumah sakit selama tiga atau empat hari ke depan dan mungkin mengalami masalah sensorik di tangan kirinya selama beberapa bulan.
Presiden Barack Hussein Obama mengontak Lippert dan mengatakan bahwa "Ia dan istrinya Robyn selalu peduli dan berdoa, serta menginginkan yang terbaik agar Lippert bisa sembuh sesegera mungkin," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional, Bernadette Meehan.
Sebelum menjabat Duta Besar, Lippert memegang posisi penting di Departemen Pertahanan Amerika Serikat sejak Mei 2012 sampai September 2014.
ABCNEWS | YON DEMA