TEMPO.CO, London - Hati-hati bila Anda memiliki kebiasaan tidur panjang. Penelitian terbaru yang dilakukan ilmuwan dari Universitas Cambridge, Inggris, menunjukkan tidur lebih dari delapan jam sehari berisiko terserang stroke.
Seorang peneliti, Yue Leng, yang merupakan kandidat doktor di Universitas Cambridge, menjelaskan timnya telah melakukan penelitian terhadap 9.692 orang dengan batasan usia 42-81 tahun. Para responden ini dinyatakan tidak mengidap penyakit stroke oleh Universitas Cambridge.
Para peneliti memantau berapa jam orang-orang tersebut tidur dalam sehari, terhitung sejak penelitian dimulai hingga bertahun-tahun. Setelah sepuluh tahun, peneliti menemukan 346 responden penelitian terserang penyakit stroke.
Setelah mengontrol berbagai variabel dan perilaku kesehatan lainnya, para peneliti menemukan bahwa orang yang tidur lebih dari delapan jam sehari sebanyak 46 persen lebih berisiko mengalami stroke dibandingkan mereka yang tidur 6-8 jam.
Penelitian yang diterbitkan media kesehatan online Neurology minggu lalu ini juga menemukan bahwa risiko stroke lebih tinggi di antara orang-orang yang pola tidurnya berubah atau mengalami peningkatan pada periode penelitian.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa peneliti menemukan asosiasi atau hubungan antara tidur dan stroke, bukan sebab dan akibat. Tidur yang berlebihan ini merupakan gejala terjadinya stroke.
"Bisa jadi ada sesuatu di otak yang mendahului risiko stroke, dan tidur berlebihan hanya sebagai tanda awal," kata penulis utama, Yue Leng, dikutip dari The New York Times pada Senin, 2 Maret 2015.
Yue menambahkan, penelitian ini masih harus terus dikembangkan. "Kami tidak ingin orang berpikir, jika mereka tidur lebih lama, tentu akan menyebabkan stroke."
THE NEW YORK TIMES | YON DEMA