TEMPO.CO,LONDON – Mohammed Emwazi yang kini menjadi perhatian dunia karena diduga berperan sebagai algojo kelompok Islamic State, yang dikenal sebagai Jihadi John, itu menuturkan kisah ini kepada Asim Qureshi, direktur lembaga advokasi pemuda muslim Inggris, CAGE, pada 2 Juni 2010 lalu.
“Saya memiliki pekerjaan dan tunangan yang menanti saya di Kuwait,” kata Emwazi kepada Qureshi melalui surat elektronik yang dilansir Washington Post, Minggu, 1 Maret 2018. Namun impian pria yang kini berusia 27 tahun itu buyar setelah agen Inggris, MI5, menangkapnya dan melarangnya kembali ke Kuwait, tempat kelahirannya.
Dalam e-mail itu, Emwazi bahkan menyebut agen intelijen itu berlaku kasar kepadanya. “Saya merasa seperti tahanan yang tak bisa memiliki kehidupan baru di negara saya, Kuwait. Rasanya lebih baik saya mati,” Emwazi menambahkan.
Qureshi menuding rasa frustrasi akibat perlakuan kasar intelijen Inggris-lah yang menjadi pemicu radikalisasi Emwazi hingga menjadi seperti sekarang. Jihadi John selalu muncul dalam sejumlah video pemenggalan para sandera, seperti terhadap jurnalis Amerika Serikat, James Foley, hingga wartawan Jepang, Kenji Goto. “Inggris telah menciptakan monster dengan tangannnya sendiri,” kata Qureshi.
Sebelum serangkaian pengawasan keras MI5, sejumlah pihak menyebut Emwazi adalah seorang pria dengan masa depan cerah. Sejak ia bermigrasi ke Inggris dari Kuwait pada usia 6 tahun, pria penggemar klub sepak bola Manchester United ini adalah bocah yang tampak normal dan populer.
“Dia bermain sepak bola setiap makan siang dan di klub sepak bola setelah jam sekolah. Dalam sepak bola, dia selalu ingin menjadi striker,” ujar teman Emwazi yang tidak disebutkan namanya kepada Daily Mail, Sabtu lalu.
MI5 kini berada dalam tekanan untuk menjelaskan mengapa para petugasnya gagal menghentikan Emwazi bergabung dengan ISIS, meski telah membayanginya selama lima tahun terakhir.
BBC | WASHINGTON POST | DAILY MAIL| SITA PLANASARI