TEMPO.CO, Sana’a – Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Sana’a mulai membuka pendaftaran evakuasi bagi warga negara Indonesia yang merasa kondisinya terancam di Yaman.
“KBRI sudah memberitahukan kepada WNI yang merasa tidak aman lingkungannya agar melapor, untuk selanjutnya kita bantu kembali ke Tanah Air,” kata Duta Besar RI untuk Yaman, Wajid Fauzi kepada Tempo, Selasa, 17 Februari 2015.
Pihak KBRI tidak memaksakan WNI untuk kembali ke Indonesia. Pengumuman itu ditujukan hanya bagi mereka yang merasa tidak aman lingkungannya. Dubes Wajid menegaskan tindakan selektif diambil karena peta kerawanan yang dihadapi WNI berbeda-beda di masing-masing kota.
Menurut Wajid, hal tersebut merupakan langkah antisipasi apabila keadaan menjadi memburuk. Sementara suasana pada hari ini di Sanaa, aktivitas sehari-hari masih berjalan normal, meski tidak ada pemerintahan.
Situasi politik di Yaman tidak menentu setelah militan Al Houthi menduduki Ibukota Sanaa dan mengkudeta pemerintahan Presiden Abdrabuh Mansour Hadi bulan lalu. Sejumlah negara Barat dan Timur Tengah mulai menarik diplomat dan menutup kedutaan besarnya di Sanaa.
Menurut laman resmi KBRI, pendaftaran program evakuasi dibuka mulai hari ini, 17 hingga 28 Februari 2015. Formulir pendaftaran dapat diperoleh langsung di KBRI Sana’a atau dengan mengunduhnya di situs www.kemlu.go.id/sanaa.
“Apabila terdapat WNI, yang dengan pertimbangan sendiri tidak merasa perlu untuk meninggalkan Yaman, maka hal itu menjadi hak dan tanggung jawab pribadi WNI itu sendiri,” tulis KBRI dalam edaran pendaftaran evakuasi di laman resminya, kemarin.
Program evakuasi tersebut disiapkan bagi WNI untuk kembali ke Tanah Air atau satu kali jalan. Soal biaya evakuasi, menurut Wajid, ditanggung oleh pemerintah. Namun dia tidak menampik jika ada WNI yang ingin membiayai sendiri perjalanannya.
Hingga hari ini, belum ada WNI yang mendaftarkan diri. “Sejauh ini, baru menerima beberapa pertanyaan dari WNI, namun yang secara resmi mendaftarkan diri belum ada,” kata Wajid.
Adapun menurut Ketua Persatuan Pelajar Indonesia di Yaman wilayah Hadhramaut, Rofik Anwari, tidak semua warga negara atau mahasiswa Indonesia yang perlu dievakuasi. Terutama pelajar yang tersebar di beberapa kota di Provinsi Hadhramaut, khususnya Kota Tarim, yang terletak sekitar 871 kilometer dari Ibukota Sanaa . Ada lebih dari 1.000 pelajar Indonesia belajar di kota tersebut.
“Situasi di Tarim sangat aman dan kondusif, kegaduhan politik di ibukota Sanaa tidak berpengaruh sama sekali terhadap aktivitas masyarakat di kota ini,” kata Rofik lewat laman Facebook-nya, Senin. Dari beberapa temannya di Sanaa, situasi pun masih aman hingga masih bebas berkeliling dan mengurus berkas penting di Kementrian Luar Negeri Yaman.
NATALIA SANTI