TEMPO.CO, Roma - Sebanyak 29 migran asal Afrika tewas akibat hipotermia (kedinginan) saat petugas patroli laut Italia menyelamatkan sebuah kapal yang membawa para pengungsi untuk mencapai daratan Eropa. Sebagian besar pengungsi telah diselamatkan.
Kapal patroli penjaga pantai Italia menyelamatkan 105 migran lain pada Senin tengah malam, 9 Februari 2015, di Laut Mediterania. "Sebuah kapal nelayan kecil yang membawa para pengungsi sudah berantakan dihantam angin kencang dan gelombang setinggi delapan meter," kata juru bicara penjaga pantai Italia, Filippo Marini, seperti dilansir AsiaOne, Selasa, 10 Februari 2015.
Karena cuaca buruk, petugas baru bisa membawa seluruh pengungsi ke Pulau Lampedusa, yang terletak di selatan Pulau Sisilia, dekat Libya, pada siang hari. Beberapa migran, yang kebanyakan berasal dari Sub-Sahara Afrika, kemudian diterbangkan ke rumah sakit yang lebih memadai di Sisilia.
Tahun lalu, lebih dari 3.200 orang tewas saat berusaha mencapai Italia dengan perahu dari Afrika Utara. Lebih dari 170 ribu migran berhasil mencapai wilayah Italia pada periode yang sama.
Sebagian besar migran melarikan diri dari konflik dan penindasan di Timur Tengah dan Afrika Timur. Mereka melakukan perjalanan darat ke Libya untuk naik kapal yang dioperasikan penyelundup manusia menuju Italia.
Pemerintah Italia telah menghentikan program yang disebut "Mare Nostrum", misi patroli angkatan laut yang menghabiskan biaya lebih dari US$ 10 juta per bulan. "Horor di Lampedusa. Orang-orang ini tidak mati karena kapal karam, tapi kedinginan. Ini adalah konsekuensi penghentian program Mare Nostrum," kata politikus Italia, Laura Boldrini, dalam akun Twitter-nya.
Baru-baru ini para penyelundup mulai menggunakan kapal berukuran lebih besar yang dapat menahan gempuran badai musim dingin dan membuat perjalanan menjadi lebih lama, terutama dari Turki atau Suriah.
ASIAONE | ROSALINA