TEMPO.CO, Vermont - Tak ada yang menyangka Ronald Read adalah miliuner dengan kekayaan Rp 100 miliar. Sehari-hari ia bekerja sebagai petugas kebersihan dan pegawai di stasiun pengisian bahan bakar. Ia bahkan punya kebiasaan mencari bahan makanan di hutan.
Kekayaannya baru terungkap pada Juni 2014 ketika ia meninggal pada usia 92. Read yang berasal dari Brattleboro, Vermont, Amerika Serikat, mewariskan US$ 6 juta untuk perpustakaan dan rumah sakit lokal. Tepatnya, US$ 4,8 juta untuk RS Brattleboro dan US$ 1,2 juta untuk perpustakaan Brooks Memorial—jumlah terbesar yang pernah diterima keduanya.
Baru-baru ini terungkap, di sela-sela pekerjaannya sebagai petugas kebersihan, Read juga pialang saham andal. Di sela-sela waktunya, ia kerap terlihat membaca Wall Street Journal. Dari situ, ia lalu menginvestasikan uangnya. Menurut pengacaranya, Laurie Rowell, investasi Read berkembang pesat. “Dia juga sangat hemat,” kata Rowell seperti dikutip dari Sky News, Kamis, 5 Februari 2015.
Rowell bercerita, Read selalu datang ke kantor pengacara tersebut dengan cara yang unik. “Dia parkir sangat jauh, jadi tidak perlu membayar parkir meter,” ujar Rowell lagi.
Selain menyumbang untuk rumah sakit dan perpustakaan, Read juga menyumbang dengan jumlah bervariasi di tempat lain. Maklum, total kekayaannya mencapai US$ 8 juta. Selain itu, menurut media lokal, ia memiliki fonograf antik Edison dan lusinan rekaman yang diwariskan kepada komunitas masyarakat sejarah di Kota Dummerston, tempat kelahirannya pada 1921.
Semasa hidupnya, Read pernah menjadi tentara dalam Perang Dunia II. Setelah itu, ia kembali ke Brattleboro dan bekerja di SPBU selama 25 tahun sebelum menikah dengan wanita yang dikenalnya di sana. Lalu, ia menjadi petugas kebersihan selama 17 tahun di pusat perbelanjaan JC Penney.
SKY NEWS | ATMI PERTIWI