TEMPO.CO , Montreal: Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) di Montreal, Kanada, yang berlangsung sejak Senin, 2 Februari hingga Kamis, 5 Februari 2015 mendukung penuh sebuah rencana mewajibkan seluruh penerbangan sipil, menyalakan sebuah sinyal krusial teratur setiap menit dalam keadaan darurat.
Dari 191 negara anggota, mayoritas menyetujui penerapan rencana secepatnya aturan baru pelaporan posisi pesawat saat terbang. Beberapa petinggi ICAO menyebut langkah itu memuluskan untuk adopsinya tahun depan.
Rencana itu diajukan tahun lalu pasca hilangnya Malaysia Airlines penerbangan MH370 dalam rute Kuala Lumpur ke Beijing yang disebut sebagai salah satu misteri besar dalam sejarah penerbangan dunia. Pesawat jet yang mengangkut 239 orang itu, hingga kini belum ditemukan meski dilakukan pencarian berbulan-bulan yang melibatkan tiga negara.
“Penjejakan global tidak akan mencegah kecelakaan,” ujar Ketua ICAO Olumuyiwa Benard Aliu. Radar dapat melacak sebuah pesawat tapi cakupannya turun naik dan memudar saat pesawat berada di laut atau mereka terbang di bawah ketinggian tertentu.
Di bawah aturan-aturan baru, maskapai harus memenuhi syarat yang diminta untuk melacak pesawat mereka menggunakan sebuah sistem yang memberikan info lokasi mereka setiap interval 15 menit. “Ketika pesawat dalam kritis, sistem tersebut akan mengulang sinyal setiap menit,” tutur Aliu dalam jumpa pers, Kamis 5 Februari 2015.
Dewan ICAO diperkirakan meratifikasi proposal pada November lalu yang membuatnya menjadi persyaratan buat seluruh maskapai dimulai tahun 2016. Menurut para pejabat, hal itu dibuat lebih cepat dan lebih mudah untuk mengikuti berkembangnya perhatian keselamatan. “Kami bisa melakukannya hari ini dan tidaklah mahal,” ujar Direktur Biro Navigasi ICAO, Nancy Graham, seperti dilaporkan Channel News Asia.
Presiden Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) yang berpidato untuk masalah industri penerbangan, pada sidang Rabu, 4 Februari 2015 lalu sepakat aturan-aturan baru itu. “Banyak maskapai kini sudah berencana meningkatkan cara-cara pelacakan pesawat-pesawat mereka,” kata Presiden IATA Tony Tyler.
CHANNEL NEWS ASIA | DWI ARJANTO