TEMPO.CO, Paris - Otoritas Prancis menahan tujuh pria dan satu perempuan, Selasa, 3 Februari 2015, yang diduga terlibat dalam sebuah jaringan pengiriman sejumlah orang untuk bergabung ke dalam kelompok Islam garis keras di Suriah.
Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve mengatakan penahanan di Paris dan kawasan Lyon itu tidak ada kaitannya dengan jaringan penyerangan pada 7-9 Januari 2015.
Sampai saat ini, kepolisian terus mencoba menggagalkan dan menemukan kemungkinan keterlibatan tiga pria bersenjata yang melakukan penyerangan terhadap tabloid mingguan Charlie Hebdo. Ketiga pelaku mengaku menjadi bagian dari kelompok garis keras di Timur Tengah.
Menurut pejabat keamanan Prancis, tiga orang yang ditahan itu pernah melakukan perjalanan ke Suriah dan kembali pada Desember 2014. Meskipun belum jelas apakah ketiganya bergabung dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) atau kelompok lainnya.
Jaringan itu mulai mengirimkan orang-orang Prancis ke Suriah pada Mei 2013. "Dari orang-orang yang dikirim itu, sedikitnya satu orang tewas di sana," ujar pejabat yang tak disebutkan namanya itu demi keamanan.
Prancis tampaknya menjadi rumah yang subur bagi kelompok radikal--hampir semuanya bergabung dengan ISIS--dari berbagai negara. Cazeneuve menuturkan kekejaman baru-baru ini yang dilakukan oleh ISIS, termasuk pembunuhan terhadap warga Jepang, hanya akan memperkuat tekanan pemerintah terhadap kelompok terorisme setiap hari dan setiap jam.
AHRAMONLINE | CHOIRUL